Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Perang dagang kini menjadi dua kata yang sudah akrab di telinga kita. Hampir seluruh negara di dunia terkena dampak terjadinya perang dagang. Tak terkecuali Indonesia dan mata uangnya, rupiah.
Kendati demikian, sejumlah analis asing menilai, rupiah Indonesia menghadapi sentimen perang dagang dengan gagah berani kendati angin kencang bertiup baik dari dalam maupun luar negeri. Terkait hal ini, peran Bank Indonesia (BI) tak bisa diabaikan.
Baca Juga: Duh, Kurs Rupiah Malah Rawan Terkoreksi Jika BI Memangkas Suku Bunga premium
Berdasarkan catatan Bloomberg, bank sentral Indonesia tercatat beberapa kali melakukan intervensi untuk menjaga stabilitas rupiah sehingga berhasil meredakan kecemasan investor. Hasilnya terbilang memuaskan. Sepanjang kuartal ini, rupiah hanya melemah 0,8%. Ini menjadikan mata uang Garuda sebagai mata uang dengan performa terbaik kedua di antara mata uang Asia lainnya.
Kebijakan suku bunga tinggi yang agresif pada tahun lalu dapat diartikan sebagai kondisi di mana surat utang pemerintah dengan denominasi rupiah terus menawarkan yield tinggi di antara market regional utama, meskipun kecemasan pertumbuhan global saat ini turut melemahkan permintaan lelang.
Adanya ketidakpastian baru terkait perang dagang antara AS dan China mengancam akan memukul market lebih dalam. Itu sebabnya, fokus market saat ini tertuju pada keputusan kebijakan BI pada 22 Agustus mendatang. Sejumlah analis yang disurvei Bloomberg memprediksi, BI akan mempertahankan posisi rupiah saat ini dengan menahan suku bunga acuan di tengah meningkatnya volatilitas di emerging market. Pada bulan lalu, BI memangkas suku bunga acuan untuk kali pertama dalam dua tahun terakhir.
Baca Juga: Soal outlook inflasi tahun 2020, INDEF berbeda pandangan dengan pemerintah
"Di luar adanya pelonggaran kebijakan dan retorika dovish dari Gubernur BI Perry Warjiyo, kami memprediksi bank sentral akan mempertahankan suku bunga acuan mengingat tingginya tekanan pada rupiah. Stabilitas mata uang rupiah akan menjadi faktor utama dalam memutuskan waktu yang tepat untuk memangkas suku bunga acuan," demikian hasil riset ING Groep NV yang dirilis beberapa hari lalu.
Sementara itu, nilai tengah sepuluh ekonom yang disurvei Bloomberg memprediksi, BI akan menahan suku bunga acuannya di level 5,75% pada Kamis (22/8) mendatang.
Citigroup Inc memiliki pandangan yang berbeda. "Jikalau dilakukan pemangkasan suku bunga ke level 5,5%, seperti yang diprediksi oleh sejumlah pihak, itu dapat diartikan sebagai kebijakan untuk menyesuaikan dengan tingkat inflasi tertinggi di kawasan regional," jelas Citigroup.
Baca Juga: Rupiah Jelang RDG cenderung bergerak stabil