Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah mengambil langkah intervensi di pasar Non-Deliverable Forward (NDF) pada 7 April 2025 untuk menstabilkan nilai tukar rupiah yang mengalami tekanan signifikan akibat kebijakan tarif baru dari AS.
Kebijakan tarif tersebut telah meningkatkan volatilitas di pasar keuangan global, menyebabkan arus modal keluar dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Sebelum intervensi dilakukan, nilai tukar rupiah melemah cukup tajam. Pada penutupan perdagangan 27 Maret 2025, sebelum libur panjang Lebaran, rupiah berada di level Rp 16.562 per dolar AS.
Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Melorot 1% ke Rp 16.822 Per Dolar AS pada Senin (7/4)
Namun, kontrak NDF rupiah di pasar luar negeri sempat menyentuh level Rp 17.006 per dolar AS pada 4 April 2025, menunjukkan depresiasi yang signifikan.
Sementara itu, pada awal perdagangan senin (7/4), rupiah dibuka di level Rp 16.898 per dolar AS, langsung merosot dibanding penutupan Jumat (5/4) di Rp 16.653 per dolar AS.
Sementara pada pukul 12.45 WIB hingga 13.15 WIB hari ini, rupiah masih bergerak antara Rp 16.989 per dolar AS hingga Rp 16.926 per dolar AS.
Di akhir perdagangan Senin (7/4), rupiah ditutup pada level Rp 16.822 per dolar AS, melemah 1% dibanding akhir pekan lalu setelah BI melakukan intervensi.
Meski masih melemah 1% dari akhir pekan lalu, penutupan ini lebih baik dibanding posisi terburuknya pagi tadi di Rp 16.898.
Dengan begitu, intervensi BI bisa dikatakan cukup efektif dalam menahan pelemahan rupiah yang lebih dalam. Dari posisi terendah Rp 16.898, rupiah berhasil ditutup sedikit lebih baik di Rp 16.822.
Namun jika dibandingkan dengan level sebelum intervensi aktif, rupiah masih melemah lebih dari 250 poin.
Head of Macroeconomic and Financial Market Research Bank Permata Faisal Rachman mengatakan bahwa intervensi yang dilakukan BI memang bisa membantu menstabilkan rupiah.
"Berbagai kebijakan langsung dari BI baik di spot maupun DNDF akan dapat cukup membantu menstabilkan rupiah," ujar Faisal kepada Kontan.co.id, Senin (7/4).
Kendati begitu, Faisal memperkirakan dalam jangka pendek atau tiga bulan ke depan, rupiah masih berfluktuasi antara Rp 16.700 per dolar AS hingga Rp 17.000 per dolar AS.
Baca Juga: Rupiah Dibuka Ambles ke Rp 16.898 Per Dolar AS di Pagi Ini (7/4), Rekor Terburuk
Sementara itu, Chief Economist PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjarn Surya Indrastomo menilai bahwa BI tampaknya berusaha mempertahankan level psikologis rupiah agar tidak menembus Rp 16.800 per dolar AS secara signifikan.
"Saya rasa BI menjaga angka psikologis tidak lewat Rp 16 800. Untuk menjaga stabilitas dalam negeri diperlukan tetapi pertanyaan terbesar, tenaga dalam nya bisa bertahan selama apa?" kata Banjaran.
Ia juga mengingatkan bahwa cadangan devisa Indonesia saat ini hanya setara dengan sekitar enam bulan impor. Artinya, ruang untuk melakukan intervensi berkelanjutan tidak sepenuhnya luas.
Selanjutnya: Menpan RB Izinkan ASN Kerja Fleksibel atau FWA pada 8 April, Bukan Libur Tambahan!
Menarik Dibaca: Cek Gift Code Ojol The Game 7 April 2025 Terupdate Berikut Ini, yuk!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News