kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Ini tiga PR Indonesia ciptakan lapangan kerja


Rabu, 19 Maret 2014 / 16:47 WIB
Ini tiga PR Indonesia ciptakan lapangan kerja
ILUSTRASI. Film Qodrat sedang tayang di bioskop CGV dan XXI.


Reporter: Syarifah Nur Aida | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Dari 118 juta angkatan kerja di Indonesia pada 2014, 66 juta bekerja di sektor informal. Presiden Boston Institute for Developing Economies, Gustav Papanek menilai, dalam kurun waktu 5 tahun mendatang, Indonesia harus menciptakan 3 juta lapangan kerja per tahun agar berkontribusi pada peningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga 10%.

Dengan mencapai double digit growth per tahun, Indonesia akan meraih pendapatan berlipat ganda dalam 7 tahun.

"Pertumbuhan tersebut akan memindahkan 10 juta keluarga miskin ke kelas menengah," ujar Gustav di seminar publik Center of Reform on Economics bertema "Can Indonesia Create 3 Million Good Jobs Every Year?" Di Hotel JS Luwansa, Jakarta, (19/3).

Gustav menyebutkan, setidaknya ada 3 hal penting yang menjadi pekerjaan rumah (PR) Indonesia dalam menciptakan lapangan kerja yang berujung pada pertumbuhan ekonomi yang baik.

Pertama, belanja infrastruktur harus ditingkatkan hingga 5%. Pembangunan infrastruktur yang mumpuni akan membantu penciptaan lapangan kerja, terutama di daerah satelit ibukota dan pedesaan. Selain itu, infrastruktur juga harus diprioritaskan pada wilayah padat kerja dan produksi industri yang berakibat langsung pada ekspor. Pemerintah juga harus melibatkan swasta dengan insentif pendukung.

Kedua, subsidi bahan bakar minyak (BBM) juga harus dikurangi, terutama bagi angkutan komersial skala besar seperti kapal laut.

Konversi ke gas akan mengurangi biaya transportasi sekaligus menutup kemungkinan penyelundupan BBM ke luar negeri. Subsidi kemudian dapat dialihkan untuk pembangunan daerah tertinggal. Juga, subsidi dapat dialokasikan untuk pelatihan tenaga kerja agar menjadi 'skilled workers'.

Ketiga, nilai tukar rupiah jangan didorong terus menguat. Seharusnya, di tengah kondisi Indonesia yang mengalami penurunan ekspor, Bank Indonesia tak menggenjot penguatan rupiah. Sebab, hal tersebut akan mengurangi daya kompetisi Indonesia karena komoditas ekspor menjadi semakin mahal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×