Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Social Policy Specialist The United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) Ratnawati Muyanto mengatakan, ada tiga interpretasi faktor pendorong kemiskinan anak di Indonesia.
"Pertama, bertambahnya usia. Menurut kajian yang dilakukan UNICEF dengan mitra pembangunan, kami melihat bahwa seorang anak akan mengalami deprivasi lebih tinggi seiring meningkatnya usia," ujar Ratna di dalam diskusi virtual, Kamis (23/7).
Deprivasi merupakan keadaan ketika individu mengalami kekurangan atas sesuatu yang dianggap penting bagi kesejahteraan psikologis. Di dalam kajian tersebut diketahui bahwa banyak anak Indonesia yang berumur 0 tahun - 4 tahun mengalami deprivasi di bidang kesehatan yang tidak memadai.
Baca Juga: UNICEF: Masih banyak anak Indonesia yang mengalami deprivasi di usia dini
Hal ini, utamanya disebabkan oleh kurangnya akses terhadap imunisasi, dan juga keterbatasan akses terhadap jaminan sosial dalam hal ini BPJS Kesehatan.
"Mungkin kita sudah pernah mendengar bahwa program BPJS Kesehatan saat ini sudah universal coverage, hanya saja mungkin banyak isu yang terkait tentang implementasi di lapangan, mengapa anak-anak misalnya masih terbatas untuk mengakses imunisasi atau memperoleh layanan kesehatan lainnya di fasilitas kesehatan (faskes)," paparnya.
Kemudian, pada saat seorang anak memasuki usia 5 tahun - 17 tahun mereka cenderung mengalami deprivasi dalam bidang pendidikan dan juga tempat tinggal.
Baca Juga: Ini lho cara memberi pemahaman pada anak tentang virus corona
Menurut Ratna, hal ini terkait dengan masalah infrastruktur pendidikan Indonesia yang kurang merata, serta juga terkait dengan lingkungan tempat tinggal anak-anak tersebut yang berada pada wilayah yang sulit dijangkau.
Jadi semakin meningkat usianya, anak-anak ini mengalami deprivasi yang semakin tinggi dalam akses pendidikan dan juga kualitas tempat tinggalnya.
Kedua, ketidak setaraan gender. Ratna mengatakan, anak perempuan akan lebih sering mengalami deviasi dibandingkan dengan anak laki-laki. Indikator yang digunakan dalam asumsi ini, juga termasuk dengan potensi terjadinya pelecehan seksual yang dialami oleh anak perempuan.
Ketiga, pekerjaan orang tua. Anak-anak dengan orang tua yang bekerja di sektor pertanian dinilai rentan mengalami deprivasi.
Baca Juga: Apa, sih, yang harus dilakukan ketika anak diare?
"Ini tentunya terkait dengan kemiskinan itu sendiri banyak terjadi di sektor pertanian, karena value added pertanian yang kecil dan mungkin mengecil seiring dengan pertumbuhan ekonomi," kata Ratna.
Tak hanya itu, anak-anak yang rentan mengalami deprivasi juga termasuk mereka dengan orang tua yang bekerja mandiri atau self-employed dan tidak bekerja.
"Terakhir, anak-anak yang memiliki saudara lebih dari 4 orang. Jadi semakin crowded rumah, maka kemiskinan semakin mungkin terjadi," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News