kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini tanggapan ekonom BCA terkait prospek CAD di tengah wabah virus corona


Senin, 10 Februari 2020 / 22:19 WIB
Ini tanggapan ekonom BCA terkait prospek CAD di tengah wabah virus corona
ILUSTRASI. Suasana di terminal petikemas pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (20/8). Ekonom BCA memandang wabah virus corona membuat kondisi neraca transaksi berjalan (CAD) di kuartal I masih akan membaik. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Bank BCA David Sumual memandang bahwa dengan adanya wabah virus Corona, kondisi neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) di kuartal pertama tahun ini masih akan membaik.

David pun memprediksi CAD berada di posisi 2,5% dari PDB di kuartal I-2020 dan bisa berada di kisaran 2,5% - 2,8% di sepanjang tahun 2020.

Baca Juga: Erick Thohir ungkap kekhawatiran soal ekonomi akibat virus corona

"Ini disebabkan masih adanya kebijakan yang berpengaruh positif ke CAD seperti B20. Dengan adanya kebijakan ini, impor minyak dan gas (migas) kita bisa berkurang," jelas David kepada Kontan.co.id, Senin (10/2).

Kebijakan ini pun yang dipandangnya sebagai penahan pelebaran CAD di sepanjang tahun 2019 lalu. Bank Indonesia (BI) mencatat CAD di sepanjang tahun 2019 sebesar US$ 30,4 miliar atau 2,72% dari PDB. Ini berarti CAD Indonesia membaik dari tahun 2018 yang mencapai US$ 31,06 miliar atau setara 2,98% dari PDB.

Meski begitu, David lebih khawatir akan dampak virus Corona terhadap prospek pertumbuhan ekonomi di tahun 2020. Menurutnya, ada kemungkinan penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebanyak 0,15% di setiap penurunan ekonomi China sebesar 1%.

Ini disebabkan oleh dari sisi pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, yaitu aktivitas ekspor impor yang dinilai akan melemah. Apalagi, pasar ekspor Indonesia yang paling besar adalah ke negara China tersebut.

Baca Juga: Virus corona bisa dorong permintaan industri tekstil dan produk tekstil dalam negeri

Dengan adanya ini pun, David juga mengkhawatirkan inflasi Indonesia yang berpotensi melonjak, apalagi Indonesia juga banyak mengimpor bahan baku dan barang jadi dari negeri tirai bambu tersebut yang disebabkan oleh masih susahnya distribusi barang akibat masih ditutupnya beberapa kota.

Selain itu, dampak lain juga dilihat David di sektor pariwisata yang akan memengaruhi sektor jasa. Dengan adanya penyebaran virus ini dan ada larangan wisata dari China maupun ke China, tentu ini akan mengurangi jumlah wisatawan yang akan datang ke Indonesia.

Apalagi, di sepanjang tahun 2019 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kontribusi kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dari China terhadap total jumlah kunjungan wisman mencapai 12%.

Baca Juga: Virus corona menekan harga minyak, Medco Energi (MEDC) jaga biaya produksi

"Tentu dari situ ada potensi pendapatan jasa kita akan menurun. Apalagi dengan jumlah korban yang belum juga melandai. Ini tentu sangat berpengaruh besar ke jumlah kunjungan wisman di kuartal pertama tahun ini," tambah David.

Terakhir, David juga melihat bahwa virus Corona ini tidak akan berdampak signifikan pada nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Menurutnya, hal ini disebabkan oleh Indonesia yang masih diminati dan masih adanya aliran dana asing yang masuk cukup kuat ke Indonesia.

Akan tetapi, David masih melihat bahwa di kuartal pertama tahun ini rupiah masih akan berfluktuasi dan akan berada di kisaran Rp 13.700 - Rp 14.000.

Baca Juga: Meski belum terdampak, perbankan tetap waspadai virus corona

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×