Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Bukan hanya tekanan dari eksternal, ekonomi Indonesia juga memiliki kendala di internal. Terutama soal lemahnya produksi domestik.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan Indonesia mengalami ketergantungan yang tinggi pada ekspor sumber daya alam yang bernilai tambah rendah. Hal ini yang kemudian membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia rentan terhadap fluktuasi harga.
"Selain itu kemampuan kita untuk mengekspor barang bernilai tambah tinggi baik dengan memanfaatkan faktor produksi domestik maupun dengan impor barang, juga masih sangat lemah," ujar Agus dalam Sambutan Akhir Tahun Gubernur BI dan Pertemuan Tahunan Perbankan 2014 yang berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, Kamis (20/11).
Menurut Agus, sebagai negara berkembang BI menyadari bahwa defisit teknologi menyebabkan Indonesia masih harus mengimpor barang modal dan barang. Namun, impor teknologi tersebut bukanlah kendala jika Indonesia mampu menjadi sentra produksi bagi manufaktur berorientasi ekspor bernilai tambah tinggi ke pasar dunia.
Kemampuan Indonesia untuk menjadi lokasi produksi manufaktur global dapat menjadi tiket untuk berperan besar di Asean. "Posisi ini akan mempercepat transisi ke negara maju dan menghindari middle income trap. Untuk itu, kecepatan kita membangun lingkungan pendukung bagi peningkatan daya saing Indonesia sebagai sentra produksi menjadi kunci," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News