kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini risiko yang bakal dihadapi negara-negara Asia setelah pandemi


Sabtu, 03 Juli 2021 / 21:52 WIB
Ini risiko yang bakal dihadapi negara-negara Asia setelah pandemi
ILUSTRASI. Suasana bongkar muat di Jakarta International Container Terminal (JICT). KoNTAN/Baihaki/16/6/2021


Reporter: Bidara Pink | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 yang melanda dunia menimbulkan berbagai krisis, baik krisis kesehatan, krisis sosial, maupun krisis ekonomi. Berbagai negara di dunia, termasuk di Asia dan Indonesia, berjuang keras untuk bisa pulih secepatnya dari pandemi yang telah menelan banyak korban jiwa ini. 

Menteri Keuangan periode 2013 hingga 2014 Chatib Basri kemudian mengingatkan, kalau memang akhirnya negara-negara Asia termasuk Indonesia ini pulih dari Covid-19, perjuangan masih belum berakhir. 

“Jangan sampai nantinya ada negara dengan pola pemulihan K-shape recovery. Alias, yang punya sumber daya (resources) masih bisa tumbuh positif, sementara yang tidak beruntung akan semakin turun,” ujar Chatib, Sabtu (3/7). 

Chatib juga mengatakan, setelah pandemi ini, harusnya negara-negara lebih beradaptasi dan lebih memiliki inovasi terkait teknologi digital. Karena krisis ini membuat hampir seluruh aspek beralih ke digital. 

Baca Juga: Sri Mulyani proyeksikan ekonomi kuartal II tumbuh 7,1%-7,5% akibat Covid-19 melonjak

Namun, masih banyak juga negara-negara di Asia termasuk Indonesia yang memiliki kendala kesenjangan digital (digital divide) karena infrastruktur digital yang kurang memadai. Untuk itu, yang bisa dibenahi adalah terkait kesetaraan terhadap pembangunan akses teknologi digital. 

Selain itu, vaksinasi juga menjadi kunci dalam pemulihan yang cepat. Sayangnya, tak semua negara juga beruntung dalam mendapatkan vaksin secara cepat. 

Tantangan selanjutnya adalah terkait dengan sumber daya manusia (SDM). Pandemi ini membuat tak hanya pekerjaan, tetapi proses belajar mengajar menjadi jarak jauh secara daring. Bukan tak mungkin, ini mengurangi kualitas pendidikan. 

“Para murid selama setahunan ini belajar di rumah dan ini akan berdampak pada kualitas SDM. Banyak makanya yang harus retraining, upskilling. Makanya, pemulihan ini akan masih menantang (challenging),” tambahnya. 

Untuk itu, ia berpesan. Jangan sampai krisis ini membuat negara-negara di Asia dan Indonesia untuk kehilangan kesempatan (too waste). Negara-negara ini harus tetap bisa mengambil kesempatan yang ada. 

Sepetri contohnya dengan memanfaatkan green recovery juga menargetkan investasi di public health dan edukasi. Sehingga nantinya, saat keluar dari krisis, ketidaksetaraan ini tidak akan terjadi. 

Selanjutnya: Indonesia mendapat 4 juta vaksin Covid-19 Moderna gratis dari Amerika Serikat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×