kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Ini permintaan Apindo terkait maraknya demo buruh


Selasa, 29 Oktober 2013 / 13:10 WIB
Ini permintaan Apindo terkait maraknya demo buruh
ILUSTRASI. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melakukan perubahan 22 nama jalan di DKI Jakata dengan nama-nama tokoh Betawi. ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/wsj.


Sumber: Kompas.co | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Kalangan pengusaha mewanti-wanti agar serikat buruh yang gencar melakukan aksi demo menuntut kenaikan upah minimum tidak merusak iklim investasi.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi menyatakan, kalangan swasta mulai tak nyaman dengan ketidakpastian usaha mereka karena maraknya demo.

"Saya tidak ingin pengupahan didasarkan demo-demo. Iklim investasi dunia sedang tidak baik. Jangan kita merusak lagi," kata Sofjan di kantor Apindo Training Center, di Jakarta, Selasa (29/10).

Sofjan mengatakan, dunia usaha pernah mengecap pengalaman pahit akibat kenaikan upah minimum tahun lalu. Sepanjang semester pertama 2013, sejumlah investor memilih hengkang dari Indonesia, dan 200.000 karyawan pun dirumahkan.

Untuk kawasan Jabodetabek, hingga Mei 2013 tercatat ada 65.000 karyawan yang di PHK menyusul tutupnya sejumlah pabrik asal Korea di Jakarta. Sebagian besar merupakan perusahaan labor intensive atau padat karya yang bergerak di sektor garmen, sepatu, dan elektronik.

"Ada beberapa perusahaan Taiwan, tapi tidak banyak. Kalau Jepang itu capital insentif. Tapi karyawan outsourcing mereka diganti dengan mesin," sebutnya lagi.

Sofjan mengaku, sejumlah anggota dan mitra Apindo yang beroperasi di Kawasan Berikat Nusantara berencana hengkang. Namun, Sogyan mengklaim sudah berupaya menahan mereka.

"Nanti pengusaha itu lama-lama berpikir impor saja, daripada bangun pabrik. Kita tahu bangsa kita masih butuh banyak pekerjaan," jelasnya. (Estu Suryowati/Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×