Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mempertahankan tingkat suku bunga acuan (BI rate) 7,75% dengan suku bunga Lending Facility dan Deposit Facility masing-masing tetap di level 8% dan 5,75%. Keputusan ini diambil BI dalam rapat Rapat Dewan Gubernur (RDB), Kamis (15/1).
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter BI Juda Agung mengatakan, BI tetap menerapkan kebijakan moneter ketat karena menunggu keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed yang berencana menaikkan suku bunganya.
Juda bilang, jika kebijakan The Fed sudah berlalu dan ada keputusan penyesuaian, BI akan melihat kembali perlu atau tidaknya melakukan penyesuaian BI rate. "Tapi, sampai saat ini kami melihat risiko dari faktor global masih cukup besar, sehingga arah kebijakan BI sekarang masih dijaga," ujar Juda, kemarin.
Menurut Juda, pemulihan ekonomi AS akan terus berlanjut. Karena itu, kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed bisa mengakibatkan tingginya volatilitas di pasar keuangan Indonesia. Alhasil, tekanan terhadap nilai tukar rupiah cukup besar karena menguatnya dollar AS.
Selain itu, BI melihat tingkat inflasi dan defisit transaksi berjalan perlu dijaga. Juda bilang, inflasi masih tertekan berat. Pada akhir 2014, inflasi tercatat 8,36%. Kenaikan inflasi, terutama disebabkan efek kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada November 2014 sebesar Rp 2.000 per liter. Itu sebabnya, pada November 2014, BI menaikkan suku bunga acuannya dari 7,5% jadi 7,75%.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menilai, keputusan BI mempertahankan BI rate sebagai langkah pencegahan menghadapi kenaikan Fed Rate. Menurutnya, BI rate baru akan disesuaikan jika sudah ada keputusan pasti The Fed. Bila The Fed menaikkan suku bunga 50 bps, Lana memperkirakan, BI rate naik 25 bps. "Ini penting untuk menjaga volatilitas rupiah," terang Lana.
Yang paling penting dijaga oleh BI ketika suku bunga AS naik adalah rupiah. Pasalnya, arus modal keluar bisa terjadi dan menekan rupiah. Lana memperkirakan rupiah akan bergerak pada level Rp 12.550-12.656 dalam waktu dekat.
Kepala Ekonom BII Juniman menilai, BI diperkirakan menaikkan suku bunganya pada triwulan IV 2015 sebesar 25 bps. Alasannya, pada periode itu, suku bunga The Fed diprediksi sudah naik. Ini akan berdampak nilai tukar rupiah tertekan dollar AS. Sehingga, BI rate perlu naik.
Ia memperkirakan, rata-rata rupiah pada tahun ini berada pada level Rp 12.450 per dollar AS. "Rupiah akan selalu bergejolak hingga The Fed memberikan kepastian tentang kenaikan suku bunganya," kata Juniman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News