kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini kata ekonom LPEM FEB UI soal kebijakan larangan mudik Lebaran


Kamis, 06 Mei 2021 / 22:11 WIB
Ini kata ekonom LPEM FEB UI soal kebijakan larangan mudik Lebaran
ILUSTRASI. Imbas adanya penyekatan mudik lebaran, arus lalu lintas di Jalan Tol Jakarta - Cikampek mulai GT Cikarang Utama terjadi kemacetan.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Redistribusi kekayaan orang Jakarta ke daerah tertahan pada Lebaran tahun ini. Pasalnya, pemerintah kembali menetapkan larangan mudik untuk menahan angka positif Covid-19.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky melihat, larangan mudik dari pemerintah ini tentu akan membawa dampak ke daerah dan menyendat arus perputaran uang yang biasanya lancar pada momen Lebaran.

Namun, ia melihat ini hanya akan berlangsung sementara saja, tidak akan berlangsung lama, dan bahkan tidak akan menjadi batu sandungan bagi pertumbuhan daerah maupun nasional di kuartal II-2021 ini.

Riefky lalu mengatakan, yang lebih bahaya adalah justru pemerintah tetap memberi restu untuk masyarakat pulang kampung di tengah kasus yang belum terlalu melandai.

“Kalau mau tetap mudik, memang ada perputaran uang ke daerah, tetapi Covid-19 ikut menyebar. Nah ini malah akibatnya jangka panjang. Kita menjaga momentum ini, tetapi lalu angka Covid-19 dan butuh waktu lagi untuk memperbaiki pertumbuhan ekonomi,” ujar Riefky pada Kontan.co.id, Kamis (6/5).

Baca Juga: Ingin melakukan perjalanan KA pada 6-17 Mei 2021? Ini kriteria dan syaratnya

Ia menjelaskan dengan rinci. Bila mudik diperbolehkan pada saat ini, memang konsumsi rumah tangga bisa bergerak lebih besar. Tak hanya kota tujuan mudik saja yang mendapat berkah, tetapi daerah jalur mudik.

Daerah jalur mudik biasanya akan kecipratan dengan mereka yang berhenti sejenak untuk melepas lelah dan membeli kudapan, membeli makanan khas daerah tersebut untuk oleh-oleh, bahkan mereka yang singgah di penginapan daerah tersebut.

Namun, kepulangan mereka ini juga membawa risiko penularan Covid-19. Angka kasus positif akan melambung, sehingga mau tak mau pemerintah harus putar otak lagi untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi kembali sesuai jalurnya.

“Ada momentum yang harus dijaga. Jangan sampai ini dirusak, karena membangunnya ini tidak sebentar. Kalau hanya gara-gara mudik merusak pola penanganan itu, belum tentu ini akan selesai dalam beberapa bulan atau dalam jangka pendek. Apalagi perbaikan ekonomi butuh stimulus yang besar,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×