Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pengacara tersangka M Yagari Bhastara alias Gerry, Haeruddin Masarro, menganggap tersangka Otto Cornelis Kaligis berperan besar dalam kasus yang menjerat kliennya. Berdasarkan cerita kliennya, kata Haeruddin, Kaligis memberikan uang kepada hakim dan panitera Pengadilan Tata Usaha Negara Medan melalui Gerry.
Haeruddin menjelaskan, mulanya Gerry diminta oleh hakim PTUN agar bisa bertemu langsung dengan Kaligis. Gerry lalu menyampaikan hal tersebut kepada Yenny Octarina Misnan, anak buah Kaligis.
"Disampaikan Gerry ke kantor. Bilang ke Yenny, 'saya ditelepon hakim mau ketemu OCK'," kata Haeruddin menirukan ucapan Gerry, saat berbincang dengan wartawan di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (24/7).
Akhirnya, Gerry, Kaligis, dan Yurinda Tri Achyuni alias Inda berangkat ke Medan pada 5 Juli 2015, untuk bertemu hakim di Kantor PTUN Medan. Namun, sebelum berangkat, Gerry sempat memiliki firasat buruk. Ia merasa tidak nyaman saat harus bertugas di luar jam kerja.
"Karena katanya sudah di luar jam kerja. Bukan urusan kerja karena hari Minggu, kan," kata Haeruddin.
Sesampainya di bandara, Kaligis meminta Inda membawa dua buku yang diselipkan dua amplop di dalamnya. Namun, Haeruddin enggan menegaskan apakah isi amplop tersebut.
"Kata OCK, 'kalau tidak bawa buku ini percuma ke Medan'. Bukunya dipegang sama Gerry pada saat mau diserahkan ke hakim," kata dia.
Sesampainya di Kantor PTUN Medan, Gerry menyerahkan dua buku itu sendirian kepada hakim. Sementara Kaligis dan Inda menunggu di mobil yang mengantar mereka.
Siang harinya, di salah satu hotel di Medan, Kaligis menyerahkan dua amplop lagi kepada Gerry. Menurut Haeruddin, Kaligis meminta Gerry menyerahkan satu amplop di antaranya untuk panitera PTUN Medan.
Gerry kemudian menyerahkan amplop tersebut ke panitera PTUN Medan Syamsir Yusfan pada 7 Juli 2015. Saat itu, agenda putusan majelis hakim. Gerry merupakan salah satu pengacara yang membela Pemerintah Provinsi Sumatera Utara terkait perkara di PTUN Medan.
Setelah keluar putusan PTUN Medan, Gerry kembali ke Jakarta. Keesokan harinya, Syamsir kembali menghubungi Gerry untuk meminta sejumlah uang. Haeruddin menduga, uang tersebut diminta panitera untuk tunjangan hari raya karena waktunya berdekatan dengan Idul Fitri.
"Saya berasumsi ini untuk THR, karena paniteranya ngomong, 'Gerry bagaimana ini hakimnya sudah mau mudik'," ujar Haeruddin.
Gerry kemudian menyampaikan permintaan tersebut kepada Kaligis. Kemudian, Kaligis meminta Gerry kembali ke Medan untuk menyerahkan satu amplop yang masih disimpan Gerry.
Gerry lalu berangkat ke Medan pada tanggal 9 Juli 2015, dan menyerahkan uang tersebut kepada Ketua PTUN Medan Tripeni Irianto Putro. Tak lama setelah penyerahan uang, penyidik KPK menangkap Gerry dan Tripeni di Kantor PTUN Medan.
Haeruddin mengaku, Gerry tidak tahu menahu mengenai motif pemberian uang mau pun sumber uang yang diberikan Kaligis.
Menurut Haeruddin, sejak awal Gerry menyadari bahwa pertemuannya dengan hakim PTUN sebagai pihak berperkara merupakan kesalahan. Namun, ia tidak dapat menolak perintah Kaligis sebagai atasan.
Kaligis sebelumnya mengaku tidak tahu-menahu soal uang yang diduga diberikan Gerry kepada majelis hakim dan panitera di PTUN. Menurut dia, Gerry ke Medan tanpa melapor ke pihaknya.
Kaligis menjelaskan, dia langsung menghubungi sekretarisnya begitu membaca pemberitaan di media online soal operasi tangkap tangan yang dilakukan KPK di Kantor PTUN. Kepada sekretarisnya, Kaligis bertanya apakah Gerry lapor akan ke Medan.
"Hari Rabu, Kamis, saya ada di Bali sampai sekarang. Saya tidak tahu dia dapat tugas ke Medan. Saya tanya sekretaris, dia enggak lapor ke Medan. Saya enggak tahu sama sekali soal gratifikasi itu," kata Kaligis dalam wawacara dengan Kompas TV, Jumat (10/7).
Kasus ini bermula dari perkara korupsi dana bantuan sosial yang mengaitkan sejumlah pejabat di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Kasus korupsi yang kini ditangani Kejaksaan Agung itu digugat oleh Pemprov Sumatera Utara.
Sebelum dilimpahkan ke Kejaksaan Agung, kasus ini mengendap di Kejaksaan Tinggi. Dalam proses gugatan ke PTUN Medan itulah, KPK kemudian membongkar dugaan praktik penyuapan yang dilakukan oleh Gerry kepada tiga hakim dan satu panitera.
Selain Gerry, Kaligis dan Tripeni, KPK juga menetapkan tersangka dua hakim lain, yakni Amir Fauzi dan Dermawan Ginting. Panitera Syamsir Yusfan juga dijerat KPK. (Ambaranie Nadia Kemala Movanita)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News