Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia baru saja memasuki usia ke-75 tahun, namun masih saja belum mampu keluar dari kelompok negara berpenghasilan rendah atau middle income trap. Terlebih, tahun ini pandemi virus corona (Covid-19) menjadi kendala bagi perekonomian Indonesia.
Catatan Badan Pusat Statistik (BPS), sejak 2013 pertumbuhan ekonomi Indonesia tertahan di kisaran 5% secara year on year (yoy). Bahkan di tahun ini, khususnya di kuartal II-2020 ekonomi dalam negeri kontraksi 5,32 % yoy.
Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Amir Hidayat menjabarkan, secara sederhana faktor pertumbuhan ada tiga yaitu kapital, tenaga kerja dan satu faktor penting yang sering disebut total factor productivity (TFP).
Baca Juga: Ekonomi lesu, begini upaya kantor pajak gali penerimaan negara
TFP sering juga disebut dengan produktivitas yang dipengaruhi oleh bermacam faktor antara lain cara kerja, penggunaan teknologi, efisiensi institusi, dan kemudahan berusaha. Atau dengan kata lain, pertumbuhan di luar dari penambahan jumlah tenaga kerja dan penambahan stok kapital.
Nah Indonesia, saat ini sedang berlimpah jumlah tenaga kerja mengingat deviden demografi membuat usia produktif sedang bertambah. Namun, kata Amir jumlah tenaga kerja tidak menjadi persoalan bahkan sedang tumbuh positif.
Sementara itu, stok kapital memang perlu didorong makin tinggi salah satunya dengan menjaga iklim investasi yang kondusif, meningkatkan kemudahan berusaha ease of doing business (EoDB) itu resep generik untuk menarik investasi.