kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini alasan Demokrat ngotot ajukan capres sendiri


Senin, 28 April 2014 / 16:22 WIB
Ini alasan Demokrat ngotot ajukan capres sendiri
ILUSTRASI. Analis menilai prospek saham emiten poultry mulai menarik seiring dengan tren penurunan harga bahan baku. ANTARA FOTO/Arnas Padda/yu/rwa.


Reporter: Gloria Fransisca | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Pendiri Soegeng Sarjadi Syndicate, Sukardi Rinakit, menyatakan, keberanian Partai Demokrat setelah melanjutkan konvensi untuk membentuk koalisi dengan mengajukan kandidat calon presidennya sendiri adalah langkah yang wajar.

Sukardi meyakini, figur Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) setara dengan Megawati Soekarnoputri. Keduanya merupakan figur sentral pengendali konstelasi politik Indonesia saat ini.

"Menurut saya, pada akhirnya Demokrat yakin untuk mengajukan calon presidennya sendiri. Mengapa? Karena perolehan suara PDIP yang bahkan tidak mencapai 20% itu membuat Demokrat percaya diri," ungkap Sukardi.

Jika PDIP pada pileg lalu berhasil menyabet suara yang cukup tinggi, yakni 20% keatas, Demokrat pasti akan ragu-ragu untuk melanjutkan konvensi. Hal ini dinilai Sukardi sebagai cara pikir strategis, meskipun ada kemungkinan kalah tetapi ada keberimbangan.

Sukardi memaparkan, dalam historiografi Indonesia, pemimpin dambaan rakyat adalah sosok yang memiliki narasi politik dan berkemampuan mempengaruhi preferensi politik rakyat.

Dalam era Orde Lama, preferensi politik sangat kental kepada ideologi. Sayangnya, pada era reformasi dan pasca reformasi, pengaruh ideologi bergeser menjadi pesona figur.

Tak heran, bagi Sukardi bahwa banyak orang yang terpengaruh karena figur dan ketersediaan popularitas serta dana. Sementara orang yang akuntable dan berintegritas namun kurang populer sulit mendapatkan tempat.

"Celakanya, kondisi sekarang pesona figur bertemu dengan budaya populis dan demokrasi serta rezim pemilihan langsung. Maka, menjadi konteks politik yang transaksional atau uang, dimana yang punya uang bisa lebih berpeluang untuk menang," imbuh Sukardi.

Sebenarnya, lanjut dia, secara riil yang mengontrol konstelasi politik saat ini adalah PDIP. Karena itu, Mega akan menjadi penentu calon presiden Indonesia.

“Mega dengan PDIP masih memiliki SDM politik yang kuat, kewibawaan partai yang kuat. Begitu pula dengan Prabowo Subianto,” kata Sukardi.

Namun, di sisi lain SBY disebut juga masih memiliki kewibawaan, di luar sumber daya politik lain. Ia juga masih memiliki sumber pendanaan yang besar.

SBY juga memiliki dukungan internasional. Kandidat lain seperti Ical tidak punya, dan tidak ada kemampuan lobi dengan pihak-pihak lain.

SBY dan Mega memang dilihat Sukardi sebagai dua orang yang akan menjadi penentu kekuasaan. Hal ini mengingat arah koalisi partai saat ini arahnya ditentukan oleh kedua orang tersebut, karena keduanya adalah organ pengendali utama dari dua partai besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×