kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.794   1,00   0,01%
  • IDX 7.469   -10,06   -0,13%
  • KOMPAS100 1.154   -0,36   -0,03%
  • LQ45 914   0,76   0,08%
  • ISSI 226   -0,75   -0,33%
  • IDX30 472   1,31   0,28%
  • IDXHIDIV20 570   2,59   0,46%
  • IDX80 132   0,18   0,14%
  • IDXV30 140   0,94   0,68%
  • IDXQ30 158   0,51   0,33%

Ini agenda yang mungkin dibawa Wapres AS ke RI


Minggu, 16 April 2017 / 21:51 WIB
Ini agenda yang mungkin dibawa Wapres AS ke RI


Reporter: Handoyo | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Rencana kedatangan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence ke Indonesia pada tanggal 20-22 April mendatang dinilai menjadi momentum tepat untuk membahas persoalan perekonomian kedua belah pihak.

Sorotan tentang kebijakan perdagangan dan investasi diprediksi bakal menjadi isu penting yang dibahas dalam pertemuan tersebut. Lebih-lebih pasca terpilihnya Donald Trump menjadi Presiden AS yang cenderung menerapkan kebijakan proteksionisme perdagangan.

Apalagi, di dalam negeri persoalan antara perusahaan-perusahaan AS dengan Pemerintah Indonesia juga tengah menghangat. Beberapa di antaranya ialah terkait dengan penyelesaian sengketa Freeport dan sebelumnya ada JP Morgan yang diputus kontraknya oleh Pemerintah lantaran hasil risetnya yang tidak sejalan dengan Pemerintah.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta Kamdani mengatakan, kedatangan wakil Presiden AS ini menunjukkan bila posisi Indonesia penting di mata AS. "Ini dapat menjadi sinyal positif bagi hubungan kedua negara untuk menjadi kerja sama ke depan," kata Shinta, Minggu (16/4).

Bagi kalangan dunia usaha di Indonesia, penjelasan atas kebijakan-kebijakan Pemerintah AS yang baru masih ditunggu untuk menciptakan fair trade antara kedua negara. Apalagi saat ini Indonesia masih surplus perdagangan dengan AS sekitar US$ 8 miliar.

Keputusan Presiden Trump yang membatalkan negosiasi perjanjian regional membuka peluang bagi Indonesia dan AS mengikat dalam sebuah kemitraan perdagangan secara bilateral. Menurut Shinta, di era globalisasi, tidak mungkin sebuah negara dapat berdiri sendiri tanpa ada kerjasama dengan negara-negara lain.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, di bidang perdagangan beberapa hal yang bakal dibawa oleh Pence ke Indonesia antara lain terkait negosiasi atas terbitnya executive order yang dikeluarkan Presiden Trump.

Persoalan lain yang kemungkinan masuk dalam pembahasan antara Indonesia dan AS yakni tentang Freeport. Menurut Bhima, akan ada negosiasi dari kedua pihak tentang posisi Freeport di Indonesia.

AS diprediksi akan tetap mempertahankan Freeport walau status kontrak kaya sudah habis, dengan format atau skema apa pun. "Pemerintah AS laman meminta kepastian setelah tahun 2021 akan perpanjangan kontrak karyanya, apa pun itu nanti namanya," kata Bhima.

Tony PrasetiantonoEkonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengatakan, bila kedatangan Pence ini adalah untuk menjelaskan posisi masing-masing negara. "Ini peluang untuk menjelaskan posisi masing-masing, Trump ingin menginvestigasi negara-negara yang menyebabkan AS defisit. Indonesia termasuk yang surplus terhadap AS," kata Tony.

Walau demikian, Tony bilang surplus Indonesia tahap AS relatif kecil. Persoalan utama AS terkait defisit perdagangan ialah dengan China yang mencapai US$ 374 miliar, juga terhadap Jepang, Jerman dan Meksiko yang defisitnya terhadap masing-masing lebih dari US$ 60 miliar.

Dalam konteks perdagangan, Tony melihat AS tidak perlu terlalu risau dalam perdagangannya dengan Indonesia. Menurutnya, angka defisit ini masih normal. Oleh karena itu, AS lebih baik fokus pada negara-negara yang membuat defisit sangat besar yakni China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×