Reporter: Adinda Ade Mustami, Patricius Dewo | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya pemerintah meredam kenaikan harga barang di tingkat konsumen saat perayaan Lebaran membuahkan hasil. Ini terlihat dari catatan Badan Pusat Statistik (BPS), dimana inflasi Juni 2018 sebesar 0,59%.
Ini merupakan inflasi Lebaran terendah setidaknya dalam 10 tahun terakhir. Seperti diketahui, pada tiga tahun terakhir, perayaan Idulfitri jatuh pada bulan Juni, hasilnya inflasi Juni 2016 sebesar 0,66% dan Juni 2017 sebessar 0,69%.
Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahun kalender Januari-Juni 2018 tercatat sebesar 1,9%. Sementara inflasi tahunan Juni 2018 sebesar 3,12% year on year (YoY).
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, inflasi Juni tahun ini utamanya disumbang oleh kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Inflasi juga berasal dari bahan makanan khususnya lauk pauk. "Karena Lebaran dan libur panjang, permintaan (tiket) naik," jelas Suhariyanto dalam konferensi pers, Senin (2/7).
Oleh karena itulah, agar inflasi musim Lebaran tahun depan semakin rendah, pemerintah harus bisa menjaga terjadinya lonjakan harga tiket Lebaran dan lauk pauk. Untuk menjaga harga tiket transportasi tetap stabil, pemerintah bersama badan usaha milik negara (BUMN) harus meningkatkan program mudik bersama. Ini agar masyarakat tidak terpaku oleh mahalnya harga tiket.
Menurut catatan BPS, inflasi transportasi didominasi oleh kenaikan tarif angkutan udara dengan andil 0,15%. Lalu tarif angkutan antar kota dengan andil 0,08% dan tarif angkutan kereta api dengan andil 0,01%.
Sedangkan inflasi bahan makanan disumbang kenaikan harga ikan segar dengan andil 0,08%, daging ayam ras 0,03%, serta daging ayam kampung, daging sapi, kacang panjang, bawang merah, dan kelapa dengan andil masing-masing 0,01%. Inflasi bisa dicegah dengan manajemen pasokan yang baik.
Berly Martawardaya, Senior Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai inflasi Lebaran tahun ini cukup bagus. Daya beli masyarakat meningkat, terindikasi dari inflasi inti pada Juni sebesar 0,24%, terus meningkat sejak Maret yang sebesar 0,19%.
Untuk ke depan, pemerintah dan Bank Indonesia perlu mewaspadai lonjakan inflasi akibat kenaikan suku bunga dan harga minyak. Apalagi sejak Mei, BI sudah mengatrol suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRRR) sebesar 100 basis poin (0,1) menjadi 5,25%.
Harga minyak di pasar dunia juga semakin mahal, yakni US$ 73,81 per barel untuk jenis WTI pada perdagangan Senin (2/7). "Inflasi biasanya mengikuti suku bunga dan minyak," jelas Berly.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News