kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.237.000   3.000   0,13%
  • USD/IDR 16.640   3,00   0,02%
  • IDX 8.044   -17,24   -0,21%
  • KOMPAS100 1.114   -2,28   -0,20%
  • LQ45 784   -9,49   -1,20%
  • ISSI 282   1,25   0,44%
  • IDX30 411   -4,49   -1,08%
  • IDXHIDIV20 468   -6,38   -1,35%
  • IDX80 122   -0,32   -0,26%
  • IDXV30 133   0,84   0,63%
  • IDXQ30 130   -1,49   -1,14%

Inflasi Diprediksi Akan Berlanjut hingga Akhir Tahun 2025


Rabu, 01 Oktober 2025 / 17:30 WIB
Inflasi Diprediksi Akan Berlanjut hingga Akhir Tahun 2025
ILUSTRASI. Gedung perkantoran di kawasan bisnis Mega Kuningan, Jakarta, Jumat (2/2). KONTAN/Carolus Agus Waluyo/02/02/2024. Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia (BSI), Banjaran Surya Indrastomo, memperkirakan inflasi masih berpotensi naik menjelang akhir tahun.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indonesia kembali mengalami inflasi pada September 2025 setelah sempat deflasi pada Agustus. Inflasi September tercatat sebesar 0,21% secara bulanan (month-to-month/MtM), berbalik dari deflasi 0,08% bulan sebelumnya. Secara tahunan (year-on-year/YoY), inflasi mencapai 2,65%, sedangkan secara tahun kalender (year-to-date/YtD) inflasi sudah berada di level 1,82%.

Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia (BSI), Banjaran Surya Indrastomo, memperkirakan inflasi masih berpotensi naik menjelang akhir tahun. 

“Saya rasa belanja pemerintah dan seasonal akhir tahun masih mendorong ya, mendekati 2,7% bisa,” ujarnya kepada KONTAN, Rabu (1/10).

Baca Juga: BPS: Inflasi Inti September 2025 Tercatat 0,18%, Ini Faktor Pemicunya

Sementara itu, Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah, menjelaskan kelompok pengeluaran yang menjadi penyumbang inflasi bulanan terbesar pada September 2025 adalah makanan, minuman, dan tembakau, dengan inflasi 0,38% dan andil 0,11%.

Komoditas utama yang mendorong inflasi di kelompok ini adalah cabai merah dan daging ayam ras, masing-masing memberi andil inflasi 0,13%. Selain itu, emas perhiasan juga turut menyumbang inflasi sebesar 0,08%.

Habibullah menambahkan, inflasi pada komponen inti tercatat 0,18% MtM dengan andil 0,11%, terutama dipicu kenaikan harga emas perhiasan dan biaya kuliah perguruan tinggi. 

Sementara itu, komponen harga diatur pemerintah (administered prices) naik 0,06% dengan andil 0,01%, didorong oleh harga sigaret kretek mesin (SKM) dan sigaret kretek tangan (SKT).

Adapun komponen bergejolak (volatile food) mencatat inflasi tertinggi, yaitu 0,52% MtM dengan andil 0,09%. Pendorong utamanya adalah cabai merah, daging ayam ras, dan cabai hijau.

BPS juga mencatat inflasi terjadi di 24 provinsi, sementara 14 provinsi mengalami deflasi. Riau menjadi provinsi dengan inflasi tertinggi sebesar 1,11% MtM, sedangkan deflasi terdalam tercatat di Papua Selatan sebesar 1,08% MtM.

Meski demikian, terdapat pula sejumlah komoditas yang menahan laju inflasi dengan memberikan andil deflasi, antara lain cabai merah sebesar 0,12%, tomat 0,03%, serta bawang putih, cabai rawit, beras, timun, dan biaya sekolah menengah atas (SMA).

Baca Juga: BPS: Harga Beras Turun per September 2025, Catat Deflasi 0,13%

Selanjutnya: OJK Dorong Asuransi Tak Gunakan Reasuransi Lokal Jadi Tempat Buang Risiko Tak Profit

Menarik Dibaca: 7 Zodiak yang Paling Kompetitif, Capricorn Salah Satunya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×