kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inflasi bulan April diprediksi naik karena faktor musiman menjelang puasa


Jumat, 12 April 2019 / 18:04 WIB
Inflasi bulan April diprediksi naik karena faktor musiman menjelang puasa


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia memperkirakan tingkat inflasi April 2019 akan sebesar 0,25% month on month, dan 2,64% secara year on year. Perkiraan inflasi ini berdasarkan survei pemantauan harga di minggu kedua April.

Tidak jauh berbeda dengan BI, Ekonom Bank Permata Josua Pardede pun memperkirakan tingkat inflasi di April berkisar 0,2% - 0,3%. Menurutnya, kenaikan tingkat inflasi disebabkan faktor seasonal, dimana menjelang puasa harga beberapa komoditas barang pun mengalami peningkatan.

"Ada juga yang karena curah hujan tinggi, membuat beberapa komoditas mahal, seperti bawang putih," ujar Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (12/4).

Meski begitu, Josua pun memandang tingkat inflasi tahun ini masih stabil dengan permintaan yang juga stabil. Ini bisa dilihat dari inflasi inti serta inflasi harga diatur pemerintah atau administered price cenderung stabil.

Menurut Josua, stabilnya harga-harga yang diatur oleh pemerintah karena tidak adanya kebijakan menaikkan harga khususnya menjelang puasa dan lebaran serta adanya koordinasi yang baik antara Tim Pengendali Inflasi (TPI) Pusat dan Daerah.

Josua berpendapat, menjelang puasa dan lebaran maka pemerintah terus mengantisipasi dan memantau pasokan barang dan jasa sehingga pasokan selalu tersedia. Bila terjadi kesulitan mendapatkan bahan makanan, pemerintah perlu mengambil langkah cepat seperti melakukan operasi pasar atau melakukan intervensi dari Bulog.

Hingga akhir tahun, Josua memperkirakan tingkat inflasi akan berada di kisaran 3% sampai 3,5%. "Risiko inflasi juga bisa datang dari harga BBM. Kalau harga konsisten stabil, maka inflasi bisa mengarah ke 3%," tutur Josua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×