Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas menyebutkan, industrialisasi akan menjadi salah satu faktor utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi.
Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, industrialisasi akan menjadi prioritas dalam beberapa tahun ke depan. Menurutnya industrialisasi menjadi tulang punggung bagi perekonomian nasional dalam jangka menengah Panjang.
"20 tahun ke depan kita harus tumbuh tinggi, rata-rata 6% artinya kita harus bisa mendorong produktivitas, peningkatan pertumbuhan onomi potensial dan yang berpeluang untuk meningkat tu adalah industrialisasi," jelasnya dalam Seminar Nasional, Rabu (16/10).
Amalia bilang, industrialisasi memiliki dampak besar bagi sektor-sektor ekonomi lainnya. Selain itu juga mendorong penciptanaan lapangan kerja lebih luas dan berkualitas. Hal itu karena lapangan kerja yang tercipta merupakan kategori tenaga kerja sektor formal.
"59% dari tenaga kerja kita bekerja sebagai pekerja informal, ini menyebabkan produktivitas di perekonomian kita yang rendah. Kita harus bisa mengalihkan, dari mana sektor yang informal ini bekerja ke sektor formal, sehingga lebih produktif dan berkualitas," ujarnya.
Baca Juga: Kontribusi Industri Manufaktur Terhadap PDB 18,67%, Bappenas: Terus Turun Tiap Tahun
Menurut Amalia, hingga lima tahun ke depan Indonesia harus memiliki prioritas industrialisasi. Pertama hilirisasi SDA unggulan terdiri dari agro yaitu sawit dan kelapa, tambang yaitu nikel, tembaga, bauksit, timah serta sumber daya laut yaitu rumput laut.
Kedua, industri padat karya yang terdiri dari makanan dan minuman, tekstil dan produk tekstil serta alas kaki. Ketiga pengembangan industri dasar berupa kimia dan logam dasar.
Keempat industri padat teknologi inovasi yang terdiri dari kosmetik dan farmasi, semikonduktor, mesih, KLBB dan dirgantara. Terakhir adalah jasa indsutri.
"Mengapa kita harus menempuh hilirisasi? Karena kalau kita harus masuk langsung bersaing dengan industri yang sudah settle di pasar global, berat bagi kita," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News