kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.708.000   17.000   1,01%
  • USD/IDR 16.335   0,00   0,00%
  • IDX 6.788   -6,83   -0,10%
  • KOMPAS100 1.009   -1,54   -0,15%
  • LQ45 781   -2,24   -0,29%
  • ISSI 211   0,76   0,36%
  • IDX30 405   -1,54   -0,38%
  • IDXHIDIV20 488   -3,62   -0,74%
  • IDX80 114   -0,07   -0,06%
  • IDXV30 120   -0,76   -0,63%
  • IDXQ30 133   -0,78   -0,59%

Indonesia Terancam Serangan Balik Trump Imbas Ketatnya Regulasi untuk Perusahaan AS


Rabu, 19 Februari 2025 / 12:15 WIB
Indonesia Terancam Serangan Balik Trump Imbas Ketatnya Regulasi untuk Perusahaan AS
ILUSTRASI. Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional Mari Elka Pangestu. Wakil Ketua DEN menilai bahwa Indonesia harus tetap menjaga hubungan dengan AS sambil terus fokus pada penguatan ekonomi domestik.?


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID-JAKARTA Dewan Ekonomi Nasional (DEN) menekankan pentingnya strategi ganda bagi Indonesia dalam menghadapi dinamika perekonomian global, khususnya dari kebijakan Amerika Serikat (AS).

Wakil Ketua DEN Mari Elka Pangestu menilai bahwa Indonesia harus tetap menjaga hubungan dengan AS sambil terus fokus pada penguatan ekonomi domestik.

"Kita harus mengatahui bagaimana cara mengarahkan hubungan kita dengan AS dan apa saja yang akan datang. Tapi pada saat yang sama, kita tidak seharusnya terganggu dengan apa yang berlaku di AS," ujar Mari dalam acara Indonesia Economic Summit (IES) di Shangri-La Hotel, Rabu (19/2).

Menurutnya, Indonesia memiliki pengalaman dari tahun 2018 dalam menghadapi tekanan ekonomi dari AS, yang saat ini diprediksi akan semakin meningkat.

Baca Juga: Ironi UU Minerba, Sarat Kepentingan Bisnis dan Politik, Abai Kepentingan Strategis

Meski defisit perdagangan Indonesia dengan AS relatif kecil, Mari menilai, tetap ada kemungkinan tuntutan dari pihak AS, termasuk mengenai hambatan tarif dan non tarif yang dihadapi perusahaan-perusahaan AS di Indonesia.

Salah satu contoh yang ia sebutkan adalah perusahaan teknologi raksasa Apple dari AS yang menghadapi berbagai regulasi di Indonesia.

"Jadi saya pikir kita harus memikirkan bagaimana untuk bergabung dengan AS dan membuat jenis perjanjian yang benar termasuk menjanjikan untuk membeli lebih banyak dari AS," katanya.

Kendati begitu, ia menegaskan bahwa Indonesia tidak boleh terlalu terdistraksi oleh kebijakan AS, melainkan harus terus memperkuat perdagangan dan kerjasama di tingkat regional.

Selain itu, Mari juga menyoroti pentingnya reformasi domestik dan diversifikasi ekspor guna mengurangi ketergantungan komoditas. 

Menurutnya, Indonesia sering kali menjadi terlalu nyaman dengan lonjakan harga komoditas yang menyebabkan kurangnya diversifikasi ekonomi.

Oleh karena itu, ia menekankan perlunya peningkatan nilai tambah dalam rantai pasok global, terutama dalam industri berbasis sumber daya seperti nikel dan kendaraan listrik. 

Kemudian, terdapat pula potensi besar sektor-sektor industri hijau yang dapat menjadi daya tarik bagi investasi global, terutaa di kawasan industri berbasis energi terbarukan.

Baca Juga: Rekomendasi SNBP 2025, Ini Daftar Kampus Terbaik di Indonesia Versi QS WUR

Selanjutnya: Tak Ada Aksi Tarik Uang di Bank BUMN, OJK: Masyarakat Sudah Dewasa

Menarik Dibaca: Hati-hati Klaim Saldo Dana Kaget! Ini Cara Cari Uang Aman di Instagram

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×