CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.860   -72,00   -0,46%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Indonesia kalah dari Myanmar soal optimisme laba


Sabtu, 30 Agustus 2014 / 09:10 WIB
Indonesia kalah dari Myanmar soal optimisme laba
ILUSTRASI. Pekerja perempuan memproduksi alat pelindung diri sebuah perusahaan garmen saat kunjungan Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah di Jakarta, Rabu (1/7/2020). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.


Reporter: Uji Agung Santosa | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA.Indonesia menjadi urutan kedua setelah Myanmar dalam hal optimisme para bos perusahaan Amerika Serikat (AS) memperoleh untung dari bisnisnya pada tahun depan. Dengan persentase mencapai 91%, Indonesia hanya mendapatkan persentase sebanyak 88%, naik dari tahun sebelumnya sebesar 62%. 

Di bawah Indonesia ada Kamboja dengan persentase 86% dan Singapura (84%). Sedangkan Thailand dan Vietnam masing-masing 82%. Untuk seluruh negara ASEAN, tingkat optimisme memperoleh untung perusahaan AS dalam berbisnis mencapai sebesar 81%, naik dari tahun 2014 sebesar 63%.

Persentase itu dihasilkan dari hasil survei 588 orang eksekutif senior perusahaan Amerika Serikat (AS) di ASEAN yang dilakukan Kadin AS atau US Chamber of Commerce. Para bos yang menjadi responden bekerja di perusahaan AS yang tersebar di 10 negara ASEAN. 

Sebanyak 55% dari mereka berada di industri jasa, 31% di manufaktur, dan sisanya bekerja di indusri eskstraktif dan berbagai industri lainnya. Perusahaan mereka memiliki turnover antara US$ 50 juta hingga lebih dari US$ 1 miliar. 

"Sebanyak 84% eksekutif optimis perusahaan mereka akan mendapatkan untung lebih besar di ASEAN pada tahun depan," seperti disebutkan dalam survei yang dirilis Kamis (28/8). 

Beberapa hal menjadi alasan para eksekutif tersebut optimis dalam berbisnis di ASEAN. Beberapa alasan tersebut antara lain perbaikan ekonomi (61%), pertumbuhan yang terbatas di wilayah lain (54%), perbaikan infrastruktur (48%), dan perubahan strategi bisnis (37%). 

Selain itu, keuntungan bisnis juga akan didapat dari peningkatan perdagangan dan investasi di ASEAN dalam lima tahun mendatang. Alasan paling banyak yang dikemukakan para bos perusahaan AS tersebut adalah adanya diversifikasi costumer base (58%), beban produksi yang lebih rasional (39%), pemerintahan dan sistem politik yang lebih stabil (39%), dan ketersediaan tenaga kerja yang terlatih dan efisien (27%). 

Dari 10 negara ASEAN, Indonesia menempati rangking tertinggi sebagai negara tempat ekspansi (41%), setelah itu ada Vietnam (37%), Myanmar (35%), Malaysia (32%), Thailand (30%), Filipina (28%), Kamboja (21%), Singapura (18%), Laos (13%), dan terakhir Brunei Darusalam (7%).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×