kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.926.000   -27.000   -1,38%
  • USD/IDR 16.520   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.833   5,05   0,07%
  • KOMPAS100 987   -1,19   -0,12%
  • LQ45 765   1,61   0,21%
  • ISSI 218   -0,33   -0,15%
  • IDX30 397   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 467   0,48   0,10%
  • IDX80 112   0,13   0,12%
  • IDXV30 114   0,08   0,07%
  • IDXQ30 129   0,38   0,29%

Indonesia-EFTA CEPA ubah persepsi sawit di Eropa


Senin, 24 Mei 2021 / 15:13 WIB
Indonesia-EFTA CEPA ubah persepsi sawit di Eropa
ILUSTRASI. Pekerja memanen kelapa sawit. (KONTAN/Baihaki)


Reporter: Abdul Basith Bardan | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA) diyakini akan mengubah persepsi terhadap minyak sawit.

Perjanjian dagang tersebut mengikutsertakan empat negara yakni Swiss, Norwegia, Islandia, dan Liechtenstein. Keberterimaan Swiss terhadap minyak sawit diyakini akan mengubah persepsi masyarakat Eropa.

"Ini pesan yang sangat jelas kepada masyarakat Eropa," ujar Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga dalam sosialisasi manfaat Indonesia-EFTA CEPA, Senin (24/5).

Jerry menyebut masyarakat Swiss memiliki perhatian besar terhadap isu lingkungan. Isu tersebut selama ini dijadikan sebagai salah sentimen negatif terhadap produk minyak sawit di Indonesia.

Baca Juga: Indonesia - EFTA CEPA akan mengangkat citra komoditas sawit dalam negeri

Bahkan, dalam rencana pengesahan Indonesia-EFTA CEPA, Swiss melakukan referendum yang menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Swiss setuju dengan perjanjian tersebut. Hal itu dinilai Jerry menjadi kemenangan bagi sawit Indonesia.

Tidak hanya Jerry, pelaku usaha juga memiliki anggapan yang sama. Citra baik sawit di negara EFTA akan memberi dampak bagi negara lain di Eropa. "Mestinya kalau ekspor ke EFTA lancar bisa menjadi case bahwa sawit Indonesia bisa diterima di benua Eropa," ujar Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono dihubungi terpisah.

Sebagai informasi, saat ini Uni Eropa (EU) dianggap telah melakukan diskriminasi terhadap kelapa sawit. Salah satunya adalah mengenai rencana implementasi kebijakan energi terbarukan (RED II).

Pada kebijakan tersebut minyak sawit dikeluarkan dari daftar minyak nabati yang digunakan sebagai bahan baku biofuel. Minyak sawit dianggap tak memenuhi syarat sebagai bahan baku yang berkelanjutan di Eropa.

Selanjutnya: Pelaku industri hilir kelapa sawit dukung pemerintah lanjutkan pungutan ekspor

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×