kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indonesia dinilai akan mendulang risiko lebih besar dari monetisasi utang


Kamis, 02 Juli 2020 / 22:19 WIB
Indonesia dinilai akan mendulang risiko lebih besar dari monetisasi utang
ILUSTRASI. Pejalan kaki melintas di gedung kantor pusat Bank Indonesia (BI) Jakarta, (18/7).


Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

Senada dengan Devani, Chief Executive Officer of Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul juga menilai kalau pemerintah sangat bergantung terhadap BI. Ini menimbulkan risiko pada kehadiran investor asing terhadap saham lokal.

Ia juga membeberkan tanda-tanda kalau surat utang Indonesia mulai berkurang. Dalam lelang akhir-akhir ini, Indonesia hanya menerbitkan surat utang senilai Rp 20,5 triliun atau hanya berselisih tipis dari target pemerintah yang sebesar Rp 20 triliun.

Selain itu, tergerusnya kepercayaan investor juga sudah terlihat sejak awal kuartal II-2020 lalu, di mana lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) menurunkan outlook utang Indonesia dari sebelumnya stabil menjadi negatif.

Baca Juga: Pemerintah akan jual SBN ke BI, ini kata Mandiri Sekuritas

Pada Jumat (17/4), S&P memberi rating BBB/A-2 seiring dengan depresiasi nilai tukar rupiah dan beban utang dalam beberapa tahun ke depan akibat kebijakan fiskal dalam menghadapi pandemi corona (Covid-19).

Selain itu, Ekonom Oversea-Chinese Banking Corp. Wellian Wiranto pun melihat, kalau penurunan peringkat ini bukan sesuatu yang menguntungkan dan bisa memicu penurunan peringkat lagi.

"Jika ada kebijakan-kebijakan luar biasa yang digelontorkan tidak hanya sekali dalam menghadapi dampak Covid-19 terhadap perekonomian Indonesia, maka risiko peringkat kredit akan turun dan munculnya reaksi buruk dari pasar, akan meningkat," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×