kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Indeks Manufaktur Jatuh, Pemerintah Disarankan Beri Diskon Pajak untuk Perusahaan


Kamis, 01 Agustus 2024 / 15:58 WIB
Indeks Manufaktur Jatuh, Pemerintah Disarankan Beri Diskon Pajak untuk Perusahaan
ILUSTRASI. Indeks manufaktur atau Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur Indonesia jatuh ke level 49,3 atau berada pada level kontraksi pada Juli 2024


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Indeks manufaktur atau Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur Indonesia jatuh ke level 49,3 atau berada pada level kontraksi pada Juli 2024 atau turun 1,4 poin dari bulan sebelumnya.

Berdasarkan laporan S&P Global, PMI Manufaktur Indonesia tercatat terkontraksi di bawah level 50 terakhir kali pada Agustus 2021 saat masa pandemi. Pada saat itu PMI Manufaktur berada di level 43,7.

Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet menyarankan, untuk meningkatkan kembali PMI Manufaktur Indonesia di sisa tahun 2024 ini, maka pemerintah perlu mengimplementasikan kebijakan yang mendukung stabilitas ekonomi dan merangsang permintaan dalam negeri.

"Ini bisa dilakukan dengan memberikan insentif fiskal seperti pemotongan pajak untuk industri manufaktur guna mengurangi biaya beban produksi," ujar Yusuf kepada Kontan.co.id, Kamis (1/8).

Baca Juga: PMI Manufaktur Indonesia Juli 2024 Masuk Zona Kontraksi, Ini Biang Keroknya

Selain itu, pemerintah juga harus memperkuat nilai tukar Rupiah melalui intervensi pasar yang tepat dan meningkatkan kepercayaan investor dengan menjaga stabilitas politik serta keamanan. 

"Pemerintah juga perlu meningkatkan daya beli masyarakat melalui program stimulus ekonomi yang menyasar sektor rumah tangga," katanya.

Yusuf menilai, penurunan permintaan dalam negeri memili dampak yang signifikan terhadap kinerja manufaktur Indonesia. Penurunan tersebut menyebabkan perlambatan ekspansi output dan pesanan baru, sehingga aktivitas manufaktur tidak lagi berada di zona ekspansif seperti sebelumnya.

Selain itu, pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga membuat harga impor bahan baku dan bahan penolong untuk sektor manufaktur menjadi mahal sehingga berdampak pada beban sektor manufaktur dan naiknya biaya produksi.

"Pasca lebaran dan kenaikan kurs mata uang, konsumsi rumah tangga kembali normal, sehingga sektor manufaktur harus menyesuaikan diri dengan kondisi ini yang kemudian mempengaruhi PMI Manufaktur Indonesia," terang Yusuf.

Selain itu, penurunan permintaan produk secara langsung juga menunjukkan bahwa kinerja industri manufaktur Indonesia merosot. Tak hanya itu, gejolak geopolitik juga turut mempengaruhi kinerja industri manufuktur Indonesia.

"Ketidakpastian geopolitik dapat mempengaruhi kepercayaan pelaku pasar dan investasi, yang pada gilirannya mempengaruhi permintaan dalam negeri," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×