kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.237.000   3.000   0,13%
  • USD/IDR 16.696   55,00   0,33%
  • IDX 8.062   1,01   0,01%
  • KOMPAS100 1.116   0,06   0,01%
  • LQ45 788   -5,82   -0,73%
  • ISSI 282   1,05   0,37%
  • IDX30 413   -2,57   -0,62%
  • IDXHIDIV20 469   -4,76   -1,00%
  • IDX80 123   0,14   0,12%
  • IDXV30 133   0,90   0,68%
  • IDXQ30 130   -0,89   -0,68%

Indeks Manufaktur Diproyeksi Terus Melemah, Ini Penyebabnya


Rabu, 01 Oktober 2025 / 11:46 WIB
Indeks Manufaktur Diproyeksi Terus Melemah, Ini Penyebabnya
ILUSTRASI. PMI Manufaktur Indonesia yang dirilis S&P Global unruk bulan September 2025 berada di level 50,4, melambat dari 51,5 pada Agustus 2025.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Aktivitas manufaktur Indonesia mencatat ekspansi tipis pada bulan September 2025. 

Indeks Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur yang dirilis S&P Global berada di level 50,4, melambat dari 51,5 pada Agustus 2025.

Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rizal Taufikurahman menilai penurunan tersebut mencerminkan ekspansi yang semakin tipis dan nyaris masuk ke zona kontraksi.

Menurutnya, penurunan ini terutama dipengaruhi oleh melemahnya permintaan eksternal dari mitra dagang utama seperti China, Amerika Serikat (AS), dan Eropa yang masih dibayangi perlambatan ekonomi serta tren suku bunga tinggi di negara maju.

Baca Juga: Indeks Manufaktur Kembali Ekspansif, Jadi Katalis Jangka Pendek Saham Manufaktur

Dari sisi domestik, daya beli masyarakat mulai tertahan oleh tekanan inflasi pangan dan energi serta kenaikan suku bunga, sehingga permintaan industri untuk pasar dalam negeri tidak sekuat semester pertama.

"Selain itu, kendala struktural sektor industri seperti tingginya biaya logistik, ketergantungan bahan baku impor, dan inefisiensi regulasi membuat insentif pemerintah yang digelontorkan belum cukup efektif mendorong ekspansi produksi," ujar Rizal kepada Kontan.co.id, Rabu (1/10/2025).

Rizal menambahkan, faktor lain yang turut menahan laju manufaktur adalah sikap hati-hati pelaku usaha menghadapi ketidakpastian global, pelemahan rupiah, serta prospek permintaan yang belum solid.

Ke depan, Rizal melihat tren PMI masih berisiko melemah dan berpotensi masuk ke zona kontraksi pada kuartal IV 2025 jika permintaan global tak kunjung pulih dan konsumsi domestik tetap melandai. 

Baca Juga: Surplus Neraca Perdagangan Naik Jadi US$ 5,49 Miliar di Agustus 2025

Meski demikian, ada peluang perbaikan bila pemerintah mampu mempercepat realisasi belanja APBN, terutama proyek infrastruktur yang dapat menyerap output industri, diiringi stimulus tambahan pada sisi pembiayaan, serta dorongan dari permintaan musiman menjelang akhir tahun. 

"Dengan demikian, prospek PMI manufaktur hingga akhir 2025 cenderung stagnan, kecuali ada faktor penopang baru yang mampu meningkatkan kepercayaan pelaku usaha sekaligus memperkuat daya beli masyarakat," katanya. 

Selanjutnya: 40% Masyarakat Dalam Kondisi Ekonomi Tidak Aman, Ini Cara Jaga Perlindungan

Menarik Dibaca: 40% Masyarakat Dalam Kondisi Ekonomi Tidak Aman, Ini Cara Jaga Perlindungan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×