kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Indef: Utang luar negeri swasta bakal membengkak di tahun ini


Selasa, 17 September 2019 / 06:20 WIB
Indef: Utang luar negeri swasta bakal membengkak di tahun ini


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memproyeksikan utang luar negeri (ULN) swasta bakal membengkak sampai dengan akhir tahun 2019 dari posisi saat ini.

Berdasarkan data Bank Indonesia utang luar negeri Indonesia mencapai US$ 395,3 miliar atau setara Rp5.545 triliun (kurs Rp14.038 per dolar AS) per Juli yang lalu. Angka tersebut tumbuh 10,3% secara tahunan dan secara bulanan naik 9,9%. 

Baca Juga: Utang luar negeri swasta naik 11,5% menjadi US$ 197,79 miliar per Juli 2019

BI mencatat ULN swasta termasuk BUMN sebesar US$197,8 miliar dari total ULN. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko menyatakan penambahan utang tersebut dipengaruhi oleh transaksi penarikan neto utang luar negeri dan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS).

Penguatan tersebut membuat utang dalam rupiah tercatat lebih tinggi dalam denominasi dollar AS.  Pertumbuhan ULN pemerintah meningkat juga sejalan dengan persepsi positif investor asing terhadap kondisi perekonomian Indonesia.

Ekonom Indef Enny Sri Hartanti mengatakan suku bunga BI atau BI 7 Day Reserve Repo Rate (BI7-DRR) masih lebih tinggi ketimbang suku bunga bank sentral global. 

Sehingga, instrumen obligasi seperti Surat Berharga Negara (SBN) lebih diminati ketimbang obligasi negara lain.

Baca Juga: ULN pemerintah naik 9,7% menjadi US$ 194,5 miliar pada Juli, ini pendorongnya

Di sisi lain, Enny menilai pendanaan initial public offering (IPO) yang semakin gencar menambah beban ULN swasta. “Ambil alih swasta terhadap IPO sebuah perusahaan banyak, sehingga beban utang swasta numpuk,” kata Enny kepada Kontan.co.id, Senin (16/9).

Sementara, utang BUMN tak dipungkiri dapat berlanjut karena kebijakan pemerintah. Enny melihat BUMN sektor infrastruktur semakin banyak berutang ke luar negeri karena program pembangunan yang digalakkan pemerintah.

“Utang BUMN semakin tebal, karena mendapatkan penugasan infrastruktur dari pemerintah,” ujar Enny.

Baca Juga: Utang luar negeri Indonesia naik menjadi US$ 395,3 miliar per Juli 2019

Dari sisi Enny mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, masih membebani ULN swasta. Dia memproyeksi rupiah masih berada di atas Rp 14.000 per dollar AS. 

“AS masih menghadapi pelemahan ekonomi bahkan terancam resesi sehingga dollar AS melemah terhadap mata uang lain,” kata Enny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×