kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indef: Surplus neraca dagang 2020 bisa terwujud dengan perluas pasar ekspor


Jumat, 17 Januari 2020 / 21:10 WIB
Indef: Surplus neraca dagang 2020 bisa terwujud dengan perluas pasar ekspor
ILUSTRASI. Aktivitas bongkar muat di Terminal Petikemas Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (3/1). Kementerian Perdagangan menargetkan ekspor melonjak hingga dua digit pada 2020 mendatang. Nilai ekspor pada triwulan III 2019 hanya sebesar 0,02%. Pertumbuhan tersebut


Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2019, neraca perdagangan masih mencetak defisit. Bank Indonesia (BI) pun berharap neraca dagang pada tahun 2020 bisa mencetak surplus.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit neraca dagang pada Desember 2019 sebesar US$ 28,2 juta dengan pada Desember 2018 mencapai US$ 1,07 miliar.

Demikian juga dengan defisit sepanjang tahun 2019 tercatat US$ 3,19 miliar atau lebih kecil dibandingkan sepanjang tahun 2018 capai US$ 8,69 miliar.

Baca Juga: BI: Neraca dagang Indonesia tahun ini bisa surplus

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhsitira memandang, defisit neraca dagang pada tahun 2019 tersebut masih belum bisa masuk dalam kategori membaik.

Hal ini disebabkan oleh masih menurunnya baik kinerja ekspor dan impor. BPS mencatat ekspor turun 6,94% yoy di sepanjang tahun lalu. Demikian juga dengan impor, tercatat turun 9,53% yoy, apalagi bila dirinci impor yang turun adalah bahan baku sebesar 11,07% yoy dan impor barang modal 5,13%.

"Ini jadi anomali, padahal dua jenis impor tersebut digunakan untuk proses produksi manufaktur. Ini justru mengindikasikan manufaktur sedang tertekan," jelas Bhima kepada Kontan.co.id, Jumat (17/1).

Sementara untuk ke depannya bila memang neraca dagang pada tahun 2020 bisa mengalami surplus, Bhima mengimbau agar pemerintah dan BI untuk waspada karena bila kondisinya masih berlanjut, impor yang merosot tersebut malah bisa menjadi peringatan bagi sektor industri yang tertekan.

Baca Juga: BPS: Nilai ekspor bulan Desember 2019 meningkat 3,77%

Oleh karenanya, dalam menciptakan surplus neraca dagang yang berkualitas perlu adanya dorongan dari sisi ekspor, terutama ekspor non migas. Bhima merasa perlunya Indonesia menambah pasar ekspor non migas ke negara non tradisional.

Selain itu, untuk memperkecil tekanan dari impor minyak, pemerintah juga perlu mempercepat pembangunan kilang.

Seperti yang diketahui pun, saat ini Indonesia telah menerapkan program mandatori campuran biodiesel 30% dan 70% Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar alias B30. Ini pun dipandang Bhima sebagai salah satu usaha yang bisa menekan impor minyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×