kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Indef: Pilkada dan Lebaran tak mampu mendongkrak daya beli masyarakat


Selasa, 03 Juli 2018 / 19:25 WIB
Indef: Pilkada dan Lebaran tak mampu mendongkrak daya beli masyarakat
ILUSTRASI. Belanja ritel makanan dan minuman


Reporter: Patricius Dewo | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esa Suryaningrum menilai momen Pilkada serentak dan Lebaran lalu tidak mampu mendongkrak daya beli masyarakat.

Tengok saja tingkat inflasi yang relatif rendah pada Mei - Juni 2018. Tercatat, tingkat inflasi pada Juni sebesar 0,59 % secara bulanan, atau naik 0,38 % dari periode Mei 2018 sebesar 0,21 % yang dipicu karena naiknya sejumlah indeks pengeluaran di sektor transportasi dan bahan makanan.

“Nah meskipun inflasi rendah dibanding tahun lalu tapi kita bisa garis bawahi bahwa inflasi bulan Me I ke Juni 2018 ini sangat tajam dan daya beli masyarakat juga melemah karena lonjakan inflasi Mei ke Juni. Akibatnya pertumbuhan ekonomi melambat,” ujarnya, Selasa (3/7).

“Jadi adanya faktor Pilkada maupun Lebaran yang notabene bisa menjadi mesin untuk mendongkrak konsumsi karena daya beli yang melemah, menjadi tidak optimal dalam realisasinya,” lanjutnya.

Dirinya juga menambahkan, ketergantungan pada impor masih tinggi. Khususnya pada barang konsumsi akan memicu semakin melemahnya nilai tukar rupiah dan dampaknya akan terasa pada kenaikan harga barang konsumsi yang tidak tahan lama, makanan, minuman dan harga bahan bakar minyak (BBM). Artinya potensi imported inflation semakin meningkat dan akan berujung pada penurunan daya beli pada masyarakat.

Selanjutnya, isu terbaru menyusul kenaikan harga BBM non subsidi pada 1 Juli kemarin. Meskipun yang BBM non subsidi yang mengalami kenaikan, tetapi tetap akan memberikan dampaknya. “Ini mengakibatkan cost push inflation (inflasi karena kenaikan biaya produksi),” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×