Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan suku bunga kredit perbankan cenderung lambat, meskipun dalam satu tahun terakhir BI memangkas bunga acuan sebesar 200 basis poin (bps). Suku bunga kredit perbankan tercatat masih bertengger di level 11%.
Padahal pemerintah ingin agar bunga kredit perbankan bisa turun ke satu digit atau di bawah 10%. Ekonom Indef Bhima Yudhistira melihat, masalah lambatnya penurunan bunga kredit disebabkan oleh faktor yang sifatnya struktural.
“Ini akarnya karena persaingan bank di Indonesia tidak sehat,” kata Bhima kepada Kontan.co.id, Kamis (18/1).
Bhima menyatakan, hal ini bisa dilihat dari adanya 117 bank yang saling berebut dana. Ketika bunga deposito turun tapi bank lainnya bertahan, dikhawatirkan akan ada perpindahan simpanan ke bank yang menawarkan bunga lebih tinggi.
“Kemudian beban operasional bank cukup tinggi dengan rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) di kisaran 80%. Untuk tekan bunga kredit otomatis bank harus lebih efisien,” ucap dia.
Meskipun bankir mengklaim beberapa segmen bunga kredit sudah turun satu digit, namun nyatanya secara keseluruhan bank bunga kredit masih di atas 10%.
Berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), suku bunga kredit perbankan disusun oleh empat faktor utama, yaitu biaya dana, biaya operasional, risiko margin, dan margin keuntungan.
Tingkat efisiensi bank juga bisa memengaruhi suku bunga. Untuk bank yang teknologi informasinya canggih biasanya mempunyai biaya rendah dan efisiensi tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News