Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja penjualan eceran diperkirakan turun pada April 2025, dan diproyeksikan berlanjut melemah pada Juni dan September 2025. Penurunan ini diindikasikan mencerminkan daya beli masyarakat yang masih bahkan terus melemah.
Untuk diketahui, Bank Indonesia (BI) memperkirakan, kinerja penjualan eceran akan mengalami kontraksi atau menurun pada April 2025. Menurunnya penjualan eceran tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) pada April 2025 diperkirakan mencapai 231,1, lebih rendah atau mencatatkan kontraksi sebesar 2,2% year on year (yoy), setelah tumbuh 5,5% pada Maret 2025.
Sementara itu, penjualan eceran pada Juni dan September 2025 terindikasi dari, Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) Juni dan September masing-masing sebesar 125,5 dan 137,1, atau lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 147,3 dan 162,8.
Kepala Makroekonomi dan Keuangan Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Muhammad Rizal Taufikurahman menyampaikan, penurunan penjualan eceran sebesar 2,2% pada April 2025, yang diproyeksikan berlanjut pada Juni dan September 2025, mencerminkan bukan semata faktor musiman, tetapi lebih menunjukkan pelemahan struktural daya beli masyarakat.
Baca Juga: Tak Hanya Daya Beli, Asuransi Jiwa Juga Dihadang Perubahan Regulasi
Menurutnya, meskipun BI menyebut penurunan kinerja penjualan eceran pada April 2025 dipengaruhi oleh base effect akibat Ramadan dan Idulfitri yang jatuh lebih awal di 2024, namun tren penurunan lanjutan di bulan-bulan tanpa momentum konsumsi seperti Juni 2025 musim ujian dan September 2025 tanpa adanya event besar, mengindikasikan sikap konsumen yang semakin berhati-hati.
“Fenomena ini konsisten dengan precautionary saving behavior, yang mana ketidakpastian ekonomi mendorong masyarakat menahan konsumsi dan meningkatkan tabungan, sebagaimana tercermin dalam Survei Konsumen Bank Indonesia yang menunjukkan kenaikan proporsi tabungan ke 14,8% pada April 2025,” tutur Rizal kepada Kontan, Rabu (14/5).
Adapun Rizal juga mencatat, secara umum,daya beli masyarakat di hari normal masih tertekan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan konsumsi rumah tangga hanya sebesar 4,87% yoy pada kuartal I 2025, tertekan oleh kombinasi kenaikan harga pangan dan energi, beban biaya pendidikan, serta depresiasi nilai tukar rupiah yang berdampak pada harga barang impor.
Di sisi lain, kebijakan fiskal yang cenderung ketat untuk menjaga defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) juga membatasi stimulus belanja publik.
Selain itu, data BI juga menunjukkan peningkatan debt service ratio rumah tangga, menandakan besarnya porsi pendapatan yang terserap untuk pembayaran cicilan, sehingga ruang untuk konsumsi ritel semakin terbatas.
“Kondisi ini berisiko menciptakan pelemahan konsumsi yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi,” ungkapnya.
Untuk itu lanjut Rizal, dibutuhkan respons kebijakan terpadu, termasuk insentif fiskal terbatas, relaksasi kredit konsumsi, serta pengendalian harga kebutuhan pokok untuk menjaga daya beli masyarakat pada semester II 2025.
Baca Juga: Daya Beli Melemah, Premi Asuransi Perjalanan Tetap Melangkah
Selanjutnya: PIP Bulan Mei 2025, Cara Cek Nama Siswa Penerima Bantuan dan Syarat Cairkan Dana
Menarik Dibaca: Infinix Note 40 Harga Mei 2025, Smartphone Budget Terkini yang Paling Dicari
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News