kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

INDEF: Pemerintah tak optimal turunkan kemiskinan


Rabu, 02 April 2014 / 20:26 WIB
INDEF: Pemerintah tak optimal turunkan kemiskinan
ILUSTRASI. PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) mengatakan pihaknya berencana menambah pabrik di Kalimantan Timur tahun 2023. Foto Dok BWPT


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyatakan, peningkatan anggaran kemiskinan oleh pemerintah tidak signifikan mengurangi tingkat kemiskinan.

Pengamat Ekonomi INDEF Fadel Hasan, menilai, pemerintah belum memiliki program masif dan nyata dalam menekan angka kemiskinan. Menurut Fadel, salah satu penyebab angka kemiskinan sulit diturunkan dikarenakan program pengentasan kemiskinan terlepas dan tidak terintegrasi dengan pembangunan pedesaan, pertanian serta pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

"Tingkat kemiskinan berjalan di tempat. Bahkan, tingkat pengangguran terbuka menurun secara lambat," kata Fadel dalam konferensi pers bertema "Kebijakan Ekonomi 5 tahun Mendatang: Merebut Momentum, Membalik Keadaan," di Jakarta, Rabu (2/4).

Fadel menambahkan, meski tingkat pengangguran terbuka dapat diturunkan, namun penurunannya sangat lambat. Hal tersebut diakibatkan sumber pertumbuhan ekonomi yang hanya bertumpu pada sektor non tradable yang kedap terhadap penyerapan tenaga kerja.

"Perlu ada kebijakan lain dari pemerintah. Ketimpangan antara penduduk yang kaya dan miskin semakin melebar," ujarnya.

Lebih lanjut Fadel menambahkan, peningkatan ketimpangan antara penduduk yang kaya dan yang miskin membuat capaian pertumbuhan ekonomi tidak dapat dinikmati semua lapisan masyarakat meski pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai level rata-rata 6% per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×