Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai, meski ekonomi Indonesia tumbuh sekitar 6% per tahun namun sayangnya pertumbuhan tersebut tidak berkualitas.
Pengamat Ekonomi INDEF Fadel Hasan menyatakan, ekonomi Indonesia selama periode 2004-2013 rata-rata mampu tumbuh 5,8% per tahun. Sayangnya, capaian pertumbuhan ini diikuti dengan semakin terpinggirkannya sektor tradable dan makin lebarnya ketimpangan.
Karena itu, menurutnya, pemerintah harus segera menyelesaikan persoalan yang tengah terjadi, lantaran "warisan" persoalan ekonomi Indonesia semakin menggunung.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia tinggi, tapi tidak berkualitas. Pemerintah harus segera mengubah strategi agar pertumbuhan Indonesia memang benar-benar berkualitas," kata Fadel dalam konferensi pers bertema "Kebijakan Ekonomi 5 tahun Mendatang: Merebut Momentum, Membalik Keadaan" di Jakarta, Rabu (2/4).
Fadel menambahkan, sejauh ini INDEF mencatat terdapat 10 indikator yang dapat dijadikan acuan untuk mengukur kinerja pemerintah selama 10 tahun terahkir. Dengan ini, diharapkan terjadi perubahan signifikan bagi pertumbuhan ekonomi.
10 indikator itu adalah:
1. Pertumbuhan ekonomi tinggi, namun rapuh dan tidak berkualitas.
2. Tingkat pengangguran terbuka menurun secara lambat
3. Tingkat kemiskinan berjalan di tempat
4. Ketimpangan semakin melebar
5. Perekonomian menghadapi tekanan inflasi
6. Nilai tukar petani (NTP) tidak kunjung meningkat
7. Sektor formal meningkat, namun porsi secara informal masih terlalu besar
8. Tax ratio stagnan
9. Belanja rutin dan subsidi semakin tidak terkendali
10. Terbelit defisit neraca perdagangan
"Dalam kurun waktu hampir 10 tahun antara 2004-2014 banyak kesempatan yang terlewatkan. Padahal Indonesia memiliki potensi besar," jelas Fadel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News