kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.915.000   44.000   2,35%
  • USD/IDR 16.400   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.142   47,86   0,67%
  • KOMPAS100 1.041   10,44   1,01%
  • LQ45 812   9,62   1,20%
  • ISSI 224   0,88   0,39%
  • IDX30 424   4,46   1,06%
  • IDXHIDIV20 504   1,88   0,37%
  • IDX80 117   1,34   1,15%
  • IDXV30 119   0,16   0,14%
  • IDXQ30 139   1,43   1,04%

INDEF: Pertumbuhan ekonomi tak berkualitas


Rabu, 02 April 2014 / 19:36 WIB
INDEF: Pertumbuhan ekonomi tak berkualitas
ILUSTRASI. Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) meyakini perbankan saat ini masih dalam kondisi sehat


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai, meski ekonomi Indonesia tumbuh sekitar 6% per tahun namun sayangnya pertumbuhan tersebut tidak berkualitas.

Pengamat Ekonomi INDEF Fadel Hasan menyatakan, ekonomi Indonesia selama periode 2004-2013 rata-rata mampu tumbuh 5,8% per tahun. Sayangnya, capaian pertumbuhan ini diikuti dengan semakin terpinggirkannya sektor tradable dan makin lebarnya ketimpangan.

Karena itu, menurutnya, pemerintah harus segera menyelesaikan persoalan yang tengah terjadi, lantaran "warisan" persoalan ekonomi Indonesia semakin menggunung.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia tinggi, tapi tidak berkualitas. Pemerintah harus segera mengubah strategi agar pertumbuhan Indonesia memang benar-benar berkualitas," kata Fadel dalam konferensi pers bertema "Kebijakan Ekonomi 5 tahun Mendatang: Merebut Momentum, Membalik Keadaan" di Jakarta, Rabu (2/4).

Fadel menambahkan, sejauh ini INDEF mencatat terdapat 10 indikator yang dapat dijadikan acuan untuk mengukur kinerja pemerintah selama 10 tahun terahkir. Dengan ini, diharapkan terjadi perubahan signifikan bagi pertumbuhan ekonomi.

10 indikator itu adalah:
1. Pertumbuhan ekonomi tinggi, namun rapuh dan tidak berkualitas.
2. Tingkat pengangguran terbuka menurun secara lambat
3. Tingkat kemiskinan berjalan di tempat
4. Ketimpangan semakin melebar
5. Perekonomian menghadapi tekanan inflasi
6. Nilai tukar petani (NTP) tidak kunjung meningkat
7. Sektor formal meningkat, namun porsi secara informal masih terlalu besar
8. Tax ratio stagnan
9. Belanja rutin dan subsidi semakin tidak terkendali
10. Terbelit defisit neraca perdagangan

"Dalam kurun waktu hampir 10 tahun antara 2004-2014 banyak kesempatan yang terlewatkan. Padahal Indonesia memiliki potensi besar," jelas Fadel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×