Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setiap negara di dunia pasti ingin segera pulih dari dampak Covid-19. Namun, pola pemulihan masing-masing negara pasti berbeda-beda. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira meneropong kalau pola pemulihan ekonomi domestik akan berbentuk L-shaped.
"Ini artinya, kemungkinan besar ekonomi akan tumbuh lebih rendah paska pandemi," ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Rabu (9/9).
Bhima melihat kalau meski setelah pandemi Covid-19 ini selesai, Indonesia masih sulit rebound ke 5%. Ini juga didukung oleh faktor deindustrialisasi prematur yang berlanjut serta porsi ekspor IT yang masih rendah bila dibandingkan dengan negara lain.
Baca Juga: Corona lampaui 200.000, epidemiolog: Ubah strategi atau hal terburuk bisa terjadi
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pasca Covid-19 pun diprediksi akan bergerak di kisaran 3% hingga 4%.
Namun, kalau menilik dari sejarah perekonomian Indonesia, Bhima melihat kalau sebenarnya selama ini Indonesia bahkan telah mengalami pola pemulihan L-shaped sejak krisis di tahun 1998.
Sebelum tahun 1998, Indonesia bahkan pernah tumbuh 8,22% pada 1995 dan 7,62% pada 1996. Namun, pada saat krisis 1998 Indonesia tumbuh negatif, dan pasca krisis pertumbuhan ekonomi cenderung flat di kisaran 4% - 6%.
Lebih lanjut, Bhima tetap melihat ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk tetap membawa perekonomian bisa tumbuh positif. Pertama, dari sisi fiskal, diperlukan realokasi belanja untuk perluasan bantuan langsung tunai (BLT) bagi masyarakat kelas menengah dan rentan miskin.
Baca Juga: Pelonggaran PSBB mendorong perbaikan penjualan ritel di bulan Juli 2020
"Pembubaran kementerian/lembaga yang kurang produktif. Bukan hanya komite kecil yang dibubarkan, kementerian dengan anggaran di atas Rp 200 miliar per tahun juga sebaiknya dilikuidasi permanen," tandasnya.
Selanjutnya: Penguatan ekonomi domestik jadi kunci percepatan pemulihan ekonomi nasional
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News