kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.855   57,00   0,36%
  • IDX 7.134   -26,98   -0,38%
  • KOMPAS100 1.094   -0,62   -0,06%
  • LQ45 868   -3,96   -0,45%
  • ISSI 217   0,66   0,31%
  • IDX30 444   -2,90   -0,65%
  • IDXHIDIV20 536   -4,36   -0,81%
  • IDX80 126   -0,06   -0,05%
  • IDXV30 134   -2,14   -1,58%
  • IDXQ30 148   -1,23   -0,83%

Indef Menilai Investasi Sektor Manufaktur ke Indonesia Seret karena ICOR yang Tinggi


Senin, 28 Agustus 2023 / 06:28 WIB
Indef Menilai Investasi Sektor Manufaktur ke Indonesia Seret karena ICOR yang Tinggi
ILUSTRASI. Sektor Manufaktur: Pekerja perempuan memproduksi alat pelindung diri sebuah perusahaan garmen


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan hubungan antara China dan Amerika Serikat (AS) dinilai bisa membawa berkah bagi negara ASEAN dan juga India. Berkah tersebut berupa aliran masuk dalam bentuk investasi modal asing langsung atau Foreign direct investment (FDI) ke ASEAN.

Alasannya, blok-blok AS, Eropa ataupun China akan melihat ASEAN sebagai salah satu tujuan realokasi investasi manufaktur.

Akan tetapi, Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menilai, potensi masuknya FDI ke sektor manufaktur Indonesia tidak mudah. Hal ini karena nilai Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia yang relatif tinggi.

Baca Juga: Sri Mulyani: Ada Peristiwa yang Memengaruhi Target Pertumbuhan Ekonomi 2024

Menurut Eko, biaya investasi di Indonesia atau ICOR di Indonesia relatif lebih mahal dibanding negara ASEAN lainnya. Hal ini yang membuat negara ASEAN lainnya jauh lebih dilirik untuk berinvestasi jika dibandingkan dengan Indoensia.

“Jadi kemungkinan aliran FDI ke ASEAN akan naik, tapi kalo Indonesia tidak segera membenahi daya saing manufakturnya salah satunya urgensi penurunan nilai ICOR, maka aliran FDI lebih berpeluang mengalir ke Vietnam, Thailand, atau Malaysia dibanding ke Indonesia,” tutur Eko kepada Kontan.co.id, Minggu (27/8).

Untuk diketahui, Kemenko Perekonomian mencatat rata-rata ICOR Indonesia dari 2021 hingga 2022 sebesar 7,6%, lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara lain seperti Malaysia yang cuma 4,5%, India 4,5% dan Filipina 3,7%.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya menyampaikan, implementasi UU Cipta Kerja akan terus digulirkan untuk mendorong efisiensi investasi mengingat angka ICOR Indonesia yang masih bisa terus diefisiensikan.

Undang-Undang (UU) Cipta Kerja berupaya memberikan kepastian hukum dan kemudahan dengan adanya standar, khususnya terkait dengan persyaratan dan proses perizinan berusaha.

Baca Juga: Jika Biaya Investasi Bisa Diturunkan, Ekonomi Indonesia Bisa Tumbuh 6%

Terbitnya UU Cipta Kerja diharapkan dapat berkontribusi dalam peningkatan ekosistem investasi dan kemudahan berusaha, tetapi juga dalam kepastian perlindungan pekerja.

ICOR merupakan salah satu parameter yang dapat menunjukkan tingkat efisiensi investasi di suatu negara. Semakin kecil angka ICOR, biaya investasi yang harus dikeluarkan semakin efisien juga untuk menghasilkan output tertentu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×