Sumber: Kompas.com | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Dana Moneter Internasional (IMF) kemungkinan akan merevisi ke bawah prediksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok, dari proyeksi sebelumnya 7,5 persen tahun ini.
Direktur Dana Departemen Asia dan Pasifik Dana Moneter Internasional (IMF) Changyong Rhee menuturkan, pada kuartal I-2014 ada indikasi bahwa pertumbuhan ekonomi negara tersebut melambat.
"Saat ini prediksi kami 7,5 persen. Saat ini tren pasar sangat di bawah itu. Sehingga, kami harus mencermati apakah kami harus melakukannya atau tidak," kata dia seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (11/5/2014).
Biro Statistik Tiongkok di Beijing bulan lalu menyatakan pertumbuhan ekonomi melambat menjadi 7,4 persen pada kuartal I-2014 dibandingkan tahun sebelumnya. Ini terkait dengan upaya pemerintah mengerem lonjakan kredit sementara pada saat bersamaan mempertahankan ekspansi untuk mendukung penciptaan lapangan kerja.
Sementara itu, nilai tukar mata uang yuan melemah 2,8 persen tahun ini setelah menguat 3 persen tahun lalu. Menurut data yang dihimpun Sistem Perdagangan Valuta Asing Tiongkok, pada tanggal 30 April silam, nilai tukar yuan mencapai 6,2676 per dollar AS, terendah sejak Oktober 2012. Adapun kemarin, yuan ditutup pada posisi 6,228 per dollar AS.
Perlambatan ekonomi Tiongkok berdampak signifikan kepada negara-negara yang menggantungkan nasib perdagangannya kepada Negeri Tirai Bambu tersebut, termasuk Indonesia.
Ekspor Indonesia pada kuartal I 2014 terjun bebas akibat melemahnya permintaan dari Tiongkok. Bahkan, Bank Indonesia (BI) menilai perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2014 terjadi salah satunya karena kondisi Tiongkok.
Gubernur BI Agus DW Martowardojo menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2014 tercatat sebesar 5,21 persen, lebih rendah dibandingkan 5,7 persen pada kuartal IV 2013. Menurutnya, perlambatan tersebut disebabkan melemahnya kinerja ekspor riil. (Sakina Rakhma Diah Setiawan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News