Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Dana Moneter Internasional (IMF) mendukung langkah-langkah Indonesia dalam meredam aksi jual yang membuat rupiah melemah. IMF menyatakan bahwa suku bunga yang lebih tinggi dan intervensi valuta asing merupakan langkah yang tepat untuk membantu mengurangi volatilitas rupiah.
"Otoritas tidak bisa terlalu nyaman, dan harus terus mengurangi risiko yang membuat ekonomi rentan terhadap arus keluar dana asing," kata Luis Breuer, Kepala Divisi IMF untuk Indonesia seperti dilansir Bloomberg, Jumat (14/9).
Menurut Breuer, secara keseluruhan reaksi kebijakan dari otoritas moneter Indonesia telah sesuai. "Tetapi jelas kondisi dapat berubah dengan cepat dan ini menyerukan kewaspadaan," katanya melalui telepon dari Washington.
Indonesia telah terguncang kemerosotan pasar setelah rupiah jatuh ke level terendah dalam dua dekade terakhir dan hampir menembus Rp 15.000 terhadap dollar AS di bulan ini. Bank Indonesia (BI) merupakan bank sentral yang paling agresif di Asia, menaikkan suku bunga empat kali di tahun ini dengan total 125 basis poin dan menguras cadangan devisa hampir 10% di tahun ini.
Pada saat yang sama, Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk mengekang impor dan mengendalikan defisit transaksi berjalan yang mencapai 3% dari produk domestik bruto (PDB). Membesarnya defisit transaksi berjalan ini meningkatkan risiko Indonesia sehingga memicu arus keluar dana asing dan menekan rupiah.
"Sekarang, kami pikir situasinya dapat dikelola. Tapi itu membutuhkan kewaspadaan dan memantau situasi dengan sangat hati-hati dan mengatasi jenis kerentanan yang menghasilkan penularan secara domestik dari perkembangan eksternal," imbuh Breuer.
Dia menambahkan intervensi pasar mata uang merupakan cara untuk menghindari kondisi pasar yang tidak teratur dan bukan untuk mencoba menahan nilai tukar pada tingkat tertentu.
Pernyataan IMF ini terlontar sebulan sebelum elite keuangan dunia berkumpul di Bali untuk pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia. IMF memberikan penilaian positif terhadap ekonomi dan reformasi bisnis yang dilakukan Indonesia dalam dua dekade terakhir sejak krisis keuangan Asia mengguncang negara ini.
IMF menyebutkan, Indonesia membutuhkan lebih banyak tindakan kebijakan dalam jangka panjang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Secara khusus, reformasi lebih lanjut diperlukan untuk melonggarkan undang-undang ketenagakerjaan yang "kaku", membuka sektor untuk investasi asing dan mengurangi pengaruh perusahaan milik negara dalam perekonomian.
Menurut IMF, undang-undang ketenagakerjaan telah berkontribusi pada pasar tenaga kerja informal yang besar dan sejumlah besar pekerja yang dipekerjakan pada kontrak jangka pendek.
Namun secara umum, Breuer menilai ekonomi Indonesia cukup baik. “Sangat jelas bahwa fundamental ekonomi Indonesia telah berubah secara dramatis dalam 20 tahun terakhir,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News