kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Holcim dan eks direktur berebut hak cipta


Senin, 29 Oktober 2012 / 08:15 WIB
Holcim dan eks direktur berebut hak cipta
ILUSTRASI. Joan Laporta respon surat Josep Bartomeu soal buruknya situasi keuangan Barcelona. REUTERS/Albert Gea


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Edy Can

JAKARTA. PT Holcim Indonesia Tbk sedang bersengketa dengan bekas direktur yang bernama PM Banjarnahor di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Banjarnahor menggugat Holcim untuk membayar royalti atas hak cipta atas sebuah metode formulasi penghitungan kompensasi pemanfaatan lahan industri tambang golongan C.

Banjarnahor menuding perusahaan semen itu melanggar Undang-Undang Hak cipta karena telah menggunakan metode penghitungan tersebut tanpa seizinnya. Padahal, menurut Banjarnahor, ia sudah mengenalkan sistem itu sejak 27 November 2001 dan mendaftarkan hak cipta pada 24 November 2011.

Sistem yang didaftarkannya itu adalah metode yang digunakan Holcim untuk menghitung nilai ganti rugi atas pelaksanaan proyek penambangan batu kapur di Nusakambangan.

Zaka Hadisupandi, Kuasa Hukum Banjarnahor menjelaskan, kliennya menciptakan formula ini ketika diminta Holcim mewakili perusahaan dalam tim pembahas metode penghitungan ganti rugi bersama dengan Departemen Kehakiman dan HAM, serta Departemen Keuangan, yang anggotanya berjumlah 13 orang.

Meski dibahas oleh tim 13, Banjarnahor mengklaim, ide rumus itu muncul atas inisiatif dirinya. Maka itu, ia pun mendaftarkan hak cipta tersebut atas nama dirinya.

Namun, hingga kini, dirinya tak mendapat kompensasi yang pantas dari Holcim. Ia pun meminta pembayaran royalti dan ganti rugi hingga mencapai Rp 60 miliar

Holcim tak gentar dengan gugatan itu. Malahan Holcim menggugat pembatalan hak cipta yang sudah didaftarkan Banjarnahor. Kuasa Hukum Holcim, Dini Pangabean mengatakan, yang menemukan metode penghitungan itu adalah tim 13.

Dini juga menyebut, Banjarnahor tidak aktif dalam tim 13. “Ia bukanlah (pembuat) inisiatif penciptaan formula tersebut,” ujar Dini. Dus, pendaftaran hak cipta itu tidak memiliki nilai orisinalitas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×