kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hippindo: Pertumbuhan penjualan ritel meningkat, tapi belum kembali ke pra Covid-19


Selasa, 11 Agustus 2020 / 18:48 WIB
Hippindo: Pertumbuhan penjualan ritel meningkat, tapi belum kembali ke pra Covid-19
ILUSTRASI. Suasana sepi terlihat di lorong pusat perbelanjaan Mal Blok M, Jakarta,


Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melihat kalau pertumbuhan penjualan ritel pada Juni 2020 sudah mulai meningkat, meski dalam fase kontraksi. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) bulan tersebut yang minus 17,1% yoy alias membaik dari kontraksi Mei 2020 yang sebesar minus 20,6% yoy. 

Menurut bank sentral, membaiknya kinerja penjualan eceran didorong oleh mulai beroperasinya pertokoan seiring peralihan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di beberapa daerah dan implementasi Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). 

Dewan Penasehat Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Tutum Rahanta menyebut, peningkatan pertumbuhan penjualan ritel akibat pelonggaran pembatasan aktivitas merupakan hal yang wajar. Peningkatan ini disebabkan oleh faktor psikologis para pengunjung. 

Baca Juga: Penjualan eceran mulai membaik pada Juni 2020 meski berada dalam fase kontraksi

"Setelah terkunci selama 2 atau 3 bulan, lalu pemerintah membuka kembali aktivitas ekonomi maka orang-orang wajar untuk antusias pengen ke pusat belanja," ujar Tutum kepada Kontan.co.id, Selasa (11/8). 

Meski begitu, Tutum bilang jumlah kunjungan orang ke pusat perbelanjaan masih belum kembali 100% ke jumlah sebelum Covid-19. Karena masyarakat juga masih waspada dengan penularan Covid-19. 

"Belum kembali bahkan ke 75% - 80% sebelum pandemi. Maksimum 75%. Itu pun hari libur. Kalau bukan hari libur masih sepi," tambahnya. 

Tutum ragu jumlah pengunjung bisa kembali ke posisi pra Covid-19 di tahun ini. Menurutnya, satu-satunya kunci untuk IPR keluar dari zona kontraksi adalah dengan fokus memberantas Covid-19. Pasalnya, Covid-19 ini merupakan akar masalahnya. 

Selain itu, pemerintah juga diharapkan untuk bisa mempercepat penyerapan stimulus yang telah dianggarkan. Ini merupakan salah satu kunci juga untuk menggerakkan roda ekonomi dan bisa mengungkit keinginan konsumsi yang menurun di tengah Covid-19. 

Saat ini, masyarakat cenderung untuk menahan konsumsinya. Mereka enggan untuk berbelanja hal yang sifatnya non essential (di luar kebutuhan pokok). Untuk berbelanja kebutuhan pokok pun, aktivitas ini juga tergantung pada pendapatan masyarakat. Apalagi, di situasi sekarang pendapatan semua lapisan menurun. 

Selain pemerintah mempercepat penyaluran bantuan, Tutum berharap agar bantuan yang disalurkan pemerintah bisa lebih tepat sasaran. 

Baca Juga: Ada wabah, penjualan eceran di kuartal II 2020 turun dibandingkan kuartal I 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×