kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.060.000   18.000   0,88%
  • USD/IDR 16.445   2,00   0,01%
  • IDX 7.867   -18,52   -0,23%
  • KOMPAS100 1.102   -2,88   -0,26%
  • LQ45 800   1,11   0,14%
  • ISSI 269   -0,86   -0,32%
  • IDX30 415   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 482   1,02   0,21%
  • IDX80 121   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 132   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 134   0,17   0,13%

HIPMI desak pemerintah untuk menaikkan BBM


Kamis, 04 April 2013 / 15:34 WIB
HIPMI desak pemerintah untuk menaikkan BBM
ILUSTRASI. Ilustrasi harga emas siang ini di Pegadaian, Rabu 3 November 2021. ANTARA FOTO/FB Anggoro/foc.


Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Tingginya harga bahan bakar minyak (BBM) global yang terus menggerogoti APBN  Indonesia, membuat banyak pihak mendesak Pemerintah untuk segera menaikan harga BBM. Kali ini, desakan tersebut datang dari Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi).

Menurut Ketua Umum Hipmi Rajasapta Okto, subsidi yang diberikan kepada harga BBM sebenarnya dapat dialokasikan untuk sektor lainnya. Dia menegaskan, hal yang harus diperhatikan adalah transparasi Pemerintah mengenai ke mana dana subsidi BBM itu disalurkan.

"Kan subsidi lebih baik diberikan untuk misalnya pembuatan jalan atau proyek-proyek infrastruktur," jelasnya Kamis (4/4).

Namun Rajasapta mengakui, saat ini Pemerintah masih ragu-ragu dalam mengambil keputusan tersebut mengingat tahun depan adalah tahun politik di mana ada hajatan besar yaitu Pemilihan Umum.

Kebijakan yang tidak populer sebisa mungkin dihindari oleh pemerintah karena dikhawatirkan akan mempengaruhi hasil pemilu. Apalagi, lanjut promotor tinju tersebut, saat ini pemerintah sudah menaikkan tarif dasar listrik. Belum lagi beberapa harga pangan juga mengalami kenaikan yang memicu inflasi tinggi dalam tiga bulan belakangan.

"Pengusaha tidak masalah kalau BBM juga dinaikan karena kami anggap dalam jangka panjangnya akan ada "barang" lain yang dihasilkan. Misalnya pembangunan jalan yang bisa berpengaruh pada cost production," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×