Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
Menurutnya, kebutuhan pembiayaan yang besar pada tahun ini menyebabkan bunga utang pemerintah tahun depan semakin tinggi. Misalnya saja untuk pembiayaan infrastruktur menjelang tutup tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
“Pembiayaan untuk infrastruktur misalnya untuk mengejar agar pembiayaan infrastruktur ini dapat mendorong realisasi pembangunan infrastruktur sebelum tutup tahun, sehingga kebutuhannya besar,” tutur Bhima.
Faktor lain, adanya tekanan kenaikan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS), atau anggaran belanja pegawai yang meningkat, juga menjadi penyebab penambahan beban utang negara.
Baca Juga: Utang Pemerintah Capai Rp 7.805 Triliun Didominiasi SBN, Ini Kata Ekonom
Selain itu, pemerintah juga masih harus membayar utang jatuh tempo dengan menerbitkan utang baru, yang pada akhirnya akan berkorelasi pada keniakan beban bunga utang tahun depan.
Bhima juga melihat, postur belanja APBN yang dirancang untuh 2024 cenderung populis.
“Anggaran perlinsos yang besar mau dibayar pakai apa kalau bukan nambah utang baru? Risiko kenaikan beban bunga utang itu akan mempersempit ruang fiskal, di tengah rasio pajak yang masih tertekan khususnya pasca pandemi. Jadi agak sulit mencapai rasio pajak di atas 11%,” kata Bhima.
Bhima khawatir, harga komoditas yang semakin melemah akan memengaruhi kemampuan pemerintah untuk membayar bunga utang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News