Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah masih keok, di tengah ketidakpastian global. Bahkan, rupiah sempat hampir menyentuh Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS) pada awal pekan ini.
Peneliti Ekonomi Senior Chatib Basri mengungkapkan, tak akan ada yang bisa memprediksi kapan pelemahan rupiah akan berakhir.
Namun yang pasti, Chatib setuju dengan otoritas fiskal dan moneter, bahwa pergerakan rupiah saat ini masih tergantung dengan situasi dunia internasional.
Salah satunya, peristiwa yang terjadi di negara Amerika Serikat (AS), baik itu kebijakan moneternya yang masih ketat maupun kebutuhan terkait pendanaan defisit anggaran AS.
Baca Juga: Rupiah Melemah Nyaris Sentuh Rp 16.000 Per Dolar AS, Pengusaha Kena Imbasnya
"Selama excess supply terlalu banyak dan imbal hasil surat utangnya terus tinggi, bank sentral AS harus mengejar itu, dan ini akan memberi tekanan pada nilai tukar," terang Chatib, Kamis (19/10) di Jakarta.
Hanya, Chatib menekankan tak ada yang salah dengan kondisi depresiasi nilai tukar rupiah. Mengingat, ini disebabkan oleh dolar AS yang kuat bukan karena fundamental rupiah lemah.
Negara-negara di dunia juga mengalami pelemahan nilai tukar, akibat mata uang Paman Sam yang menguat.
Bahkan, Chatib mengatakan tetap ada hikmah di balik pelemahan rupiah. Kondisi ini akan membuat Indonesia lebih kompetitif bila dibandingkan dengan negara sebaya.
"Karena, pelemahan nilai tukar mereka jauh lebih tajam daripada pelemahan rupiah," tandas Chatib.
Baca Juga: Rupiah Melemah, Ini Penyebabnya Menurut Bank Indonesia
Adapun pada penutupan perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah di pasar spot tercatat berada di level Rp 15.849 per dolar AS, menguat 0,54% bila dibandingkan dengan posisi Senin (23/10) yang di level Rp 15.934 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News