kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.060.000   18.000   0,88%
  • USD/IDR 16.445   2,00   0,01%
  • IDX 7.867   -18,52   -0,23%
  • KOMPAS100 1.102   -2,88   -0,26%
  • LQ45 800   1,11   0,14%
  • ISSI 269   -0,86   -0,32%
  • IDX30 415   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 482   1,02   0,21%
  • IDX80 121   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 132   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 134   0,17   0,13%

Healing Jadi Prioritas Konsumsi, Bisa Dongkrak Ekonomi Domestik


Kamis, 24 Juli 2025 / 19:07 WIB
Healing Jadi Prioritas Konsumsi, Bisa Dongkrak Ekonomi Domestik
ILUSTRASI. Wisatawan berfoto di kawasan Malioboro, Yogyakarta, Senin (23/12/2024). Di tengah tekanan daya beli yang cenderung melemah, konsumsi leisure yakni konsumsi di luar aktivitas produktif seperti wisata dan hiburan justru menunjukkan tren pertumbuhan dan berpotensi mendorong ekonomi domestik.. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/rwa.


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Di tengah tekanan daya beli yang cenderung melemah, konsumsi leisure yakni konsumsi di luar aktivitas produktif seperti wisata dan hiburan justru menunjukkan tren pertumbuhan dan berpotensi mendorong ekonomi domestik.

Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan bahwa konsumsi masyarakat untuk kebutuhan "healing" masih terus meningkat.

Baca Juga: Dongkrak Ekonomi Kuartal III dan IV, Pemerintah Genjot Konstruksi dan Pariwisata

Bahkan secara makro, sejak awal tahun terjadi pergeseran pola konsumsi menuju layanan yang berkaitan dengan liburan.

“Penggunaan transportasi baik rel, darat, laut, maupun udara masih tumbuh positif. Meski penyediaan akomodasi sempat terkontraksi 0,39%, sebagian disebabkan efisiensi belanja pemerintah,” ujar Nailul kepada Kontan.co.id, Kamis (24/7/2025).

Menurutnya, lonjakan aktivitas transportasi selama semester I-2025 antara lain dipicu oleh tingginya jumlah hari libur panjang pada periode tersebut.

Selain itu, gaya hidup generasi muda juga mempengaruhi arah konsumsi.

“Masyarakat kini cenderung menganut prinsip YOLO (you only live once). Mereka rela mengurangi belanja pangan dan bahan makanan demi tetap bisa bepergian atau liburan,” jelasnya.

Baca Juga: Ketidakpastian Perdagangan Global Tekan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Nailul menyebut bahwa pergeseran konsumsi dari kebutuhan dasar ke leisure bukan hal baru.

Pada awal 2010-an, pergeseran itu terjadi ke konsumsi gadget, seiring kemunculan ponsel pintar. Kini, tren bergeser ke aktivitas healing, terutama demi konten media sosial.

Kendati demikian, Nailul menilai fenomena ini berdampak positif terhadap perekonomian, selama aktivitas konsumsi mengalir ke sektor domestik.

Ia mengakui, sebagian kelas menengah mulai menguras tabungan demi leisure, namun dampak ekonominya tetap nyata.

Baca Juga: Kemenkeu Optimistis Ekonomi Indonesia di Semester II 2025 Bisa Tumbuh di Atas 5%

“Ketika masyarakat berlibur ke destinasi lokal seperti Yogyakarta atau Bali, akan terjadi efek pengganda (multiplier effect). Produk kerajinan lokal terbeli, rumah makan ramai, dan roda ekonomi lokal pun bergerak,” pungkas Nailul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU

[X]
×