kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45891,58   -16,96   -1.87%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Referensi CPO dan Biji Kakao untuk 1-15 Oktober Naik Jadi US$ 827,34 Per MT


Minggu, 01 Oktober 2023 / 09:38 WIB
Harga Referensi CPO dan Biji Kakao untuk 1-15 Oktober Naik Jadi US$ 827,34 Per MT
ILUSTRASI. Harga referensi produk minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) untuk BK dan tarif pungutan ekspor pada periode 1-15 Oktober 2023 naik. ANTARA/Muhammad Izfaldi/foc.


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga referensi produk minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) untuk penetapan bea keluar (BK) dan tarif pungutan ekspor (PE) pada periode 1-15 Oktober 2023 naik jadi US$ 827,34 per metrik ton. 

Harga tersebut meningkat sebesar US$ 28,54 atau 3,57% dari harga referensi CPO pada periode sebelumnya 16-30 September 2023. 

"Saat ini, harga referensi CPO meningkat menjauhi ambang batas yang sebesar US$ 680/MT," kata Dirjen Perdagangan Luar Negeri Budi Santoso dalam keteranganya, Minggu (1/10). 

Baca Juga: Target Penerimaan Kepabeanan dan Cukai Tahun Ini Cukup Menantang

Untuk itu, kata dia, merujuk pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang berlaku saat ini, pemerintah mengenakan BK CPO sebesar US$ 33/MT dan pungutan ekspor CPO sebesar USD 85/MT pada periode 1-15 Oktober 2023. 

Ia menilai penguatan harga referensi CPO ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu adanya peninkatan permintaan yang tidak diimbangi dengan produksi, serta kenaikan harga minyak nabati lainya. 

Sementara itu, harga referensi biji kakao dalam periode yang sama ditetapka sebesar US$ 3.622,88/MT, meningkat sebesar US$ 183,16 atau 5,32% dari bulan sebelumnya. 

Hal ini berdampak pada peningkatan harga patokan ekspor (HPE) biji kakao pada periode 1-15 Oktober menjadi US$ 3.307/MT, naik US$ 178 atau 5,7% dari periode sebelumya. 

"Peningkatan harga referensi dan HPE biji kakao dipengaruhi adanya penurunan produksi biji kakao di wilayah Afrika sebagai sentra produsen kakao dunia akibat kekeringan sebagai dampak El-Nino dan penyakit busuk buah serta melemahnya nilai tukar dolar Amerika Serikat da poundsterling Inggris," jelas Budi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×