kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga porang merosot, untung petani menggelongsor


Kamis, 11 November 2021 / 16:15 WIB
Harga porang merosot, untung petani menggelongsor


Sumber: Kompas.com | Editor: S.S. Kurniawan

Sebelum dilirik sebagai komoditas unggulan, porang awalnya hanya dianggap tidak lebih dari tumbuhan liar yang lazim ditemukan di sela-sela pepohonan hutan. 

Bahkan, tanaman yang juga sering tumbuh liar di pekarangan rumah itu juga dianggap masyarakat sebagai makanan ular. Lantas, sejak kapan porang mulai dilirik sebagai komoditas unggulan?

Porang mulai dilirik sebagai komoditas unggulan setelah kisah seorang pemulung yang sukses membudidayakan tanaman tersebut viral dan menjadi perbincangan masyarakat

Kesuksesan Paidi, sosok pemulung yang tinggal di Desa Kepel, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, membudidayakan porang hingga beromset miliaran menarik perhatian banyak orang. 

Mengutip Kompas.com, 18 Juni 2019, awal mula, Paidi mengenal porang saat bertemu dengan teman satu panti asuhan di Desa Klangon, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, pada 2009. 

Di rumah temannya, Paidi dikenalkan tanaman porang yang dibudidayakan warga setempat. "Setelah saya cek, ternyata porang menjadi bahan makanan dan kosmetik yang dibutuhkan perusahaan besar di dunia," ungkap Paidi. 

Baca Juga: Tanam porang, petani di desa ini bisa raup untung hingga ratusan juta sekali panen

Setelah belajar dari temannya, Paidi kemudian mencari berbagai informasi tentang porang di internet. Ia akhirnya sadar, porang merupakan kebutuhan dunia. 

Umbi dari porang banyak dicari di pasaran luar negeri, seperti Jepang, China, Taiwan, dan Kore,a untuk bahan baku kosmetik, obat, hingga bahan baku ramen. 

Paidi mengatakan, omzet dari budidaya porang miliknya sudah mencapai miliaran rupiah. 

Sementara Kepala Desa Kepel Sungkono menyatakan, banyak warganya ikut menanam porang karena terinspirasi dengan kisah sukses Paidi. Hampir 85 persen warga di Desa Kepel menanam porang. 

Warga tertarik menanam porang karena harganya yang terus naik dan penanamannya yang lebih mudah. 

“Tahun lalu (2018) penjualan porang di desa kami tembus hingga Rp 4 miliaran. Warga yang memiliki lahan seluas satu hektare bisa meraih untung hingga Rp 110 juta,” sebut Sungkono.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kilas Balik Tanaman Porang, Komoditas Ekspor Unggulan yang Kini Harganya Terjun Bebas"

Penulis: Jawahir Gustav Rizal
Editor: Sari Hardiyanto

Selanjutnya: Mengenal porang, tanaman liar yang bikin banyak petani jadi miliarder

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×