Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Khomarul Hidayat
Oleh karena itu, Adrian mengatakan impor migas kemungkinan sulit membantu kinerja neraca dagang sampak akhir tahun ini. Sementara itu, ekspor diramal bakal turun karena permintaan global turun.
Adrian mengatakan perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang terus bergulir menyebabkan kinerja ekspor menciut. Ekpor komoditas yakni batubara dan crude palm oil (CPO) diramal masih akan tertekan harga yang rendah di tengah permintaan global yang makin jarang.
Di sisi lain, ekspor sektor manufaktur pun kehilangan permintaan karena perekonomian global yang melemah. “Dalam 10 tahun terakhir, kinerja ekspor kita cenderung melemah,” ujar Adrian.
Baca Juga: Agustus 2019, impor turun 15,6% secara tahunan menjadi US$ 14,20 miliar
Sementara itu, Ketua Badan Otonom Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Tax Center Ajib Hamdani mengatakan dari sisi ekspor masih bisa tertolong dari sektor barang atau jasa.
“Meski ekspor komoditas melemah, setidaknya ada harapan dari sektor lain. Namun saya pikir defisit tahun ini tidak sedalam tahun lalu,” kata Ajib kepada Kontan.co.id, Senin (15/9).
Adrian memperkirakan sampai dengan akhir tahun ini, total ekspor Indonesia akan mencapai US$ 165 miliar. Sementara total impor US$ 170 miliar. Sehingga,neraca perdagangan 2019 akan defisit sebesar US$ 5 milar. Angka ini turun 41,63% dibanding defisit neraca perdagangan tahun 2018 sebanyak US$ 8,567 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News