Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat penerimaan negara bukan pajak (PNBP) mencapai Rp 79,7 triliun hingga Februari 2024.
Realisasi PNBP ini lebih rendah 7,6% jika dibandingkan dengan setoran di periode yang sama pada tahun lalu sebesar Rp 86,3 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan, perolehan PNBP itu sudah setara 16,2% dari target sebesar Rp 492 triliun. Adapun kontraksi ini disebabkan harga komoditas yang mulai menurun.
Adapun penurunan harga komoditas ini utamanya tercermin dari pendapatan PNBP SDA migas yang realisasinya senilai Rp 17,8 triliun atau kontraksi sebesar 4,3%.
Menurut Sri Mulyani, kontraksi ini sebagai dampak penurunan harga minyak mentah serta penurunan lifting minyak.
Baca Juga: Penerimaan Bea Cukai Turun 3,1% Per Februari 2024
Hal yang sama juga ditemui pada PNBP SDA non migas yang hanya terkumpul Rp 17,6 triliun atau terkontraksi 39,7% lantaran dipengaruhi oleh moderasi harga batubara dan pelandaian tingkat volume produksi batubara.
"Kita semua tahu bahwa untuk non migas ini didominasi dari batubara sangat besar. Sehingga kalau kita lihat harga batubara berkoreksi ke bawah dan yang migas sangat bergantung kepada harga minyak yang juga kelihatan harga dari ICP lebih rendah dari asumsi kita," ujar Sri Mulyani dalam Rapat Bersama Komisi XI DPR RI, Selasa (19/3).
Hanya saja, realisasi PNBP non SDA masih cukup baik. Misalnya, komponen kekayaan negara dipisahkan (KND) membukukan pendapatan sebesar Rp 6,8 triliun atau setara 7,9% dari APBN 2024. Peningkatan sebesar 47,8% ini disumbang oleh setoran dividen interim BUMN perbankan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk.
Kemudian, pendapatan PNBP lainnya tercatat Rp 27,5 triliun atau turun tipis 0,72% dibandingkan tahun lalu. Kinerja ini dipengaruhi oleh pertumbuhan PNBP K/L terutama diperoleh dari kenaikan pendapatan jasa tenaga, pekerjaan, dan informasi dari kompensasi data wilayah izin usaha pertambangan.
Dan terakhir adalah pendapatan dari Badan Layanan Umum (BLU) yang mencapai Rp 10,1 triliun. Setoran ini melonjak 68,3% utamanya disumbang dari pendapatan jasa layanan rumah sakit dan jasa layanan pendidikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News