Reporter: Siti Masitoh | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga beberapa komoditas utama mulai menurun di pasar global. Hal ini terhitung sejak Juli 2022 lalu. Bahkan, tahun depan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang didominasi dari komoditas berpotensi kehilangan taringnya.
Direktur PNBP Sumber Daya Alam dan Kekayaan Negara Dipisahkan Direktorat Jenderal Anggaran Kemenkeu Kurnia Chairi mengatakan, karena harga komoditas cenderung tidak stabil, pihaknya akan mengoptimalkan beberapa sektor yang masih bisa didorong penerimanya. Misalnya saja di sektor perikanan.
Seperti diketahui, sektor komoditas mendominasi sokongan utama penerimaan tersebut, atau sekitar 42% dari total sumber penerimaan. Komoditas unggulan itu diantaranya, minyak gas dan minyak bumi, migas, mineral dan batubara, sawit dan lainnya.
“Sektor sumber daya alam terutama migas, minerba, sawit dan lainnya masih sangat tergantung pada naik atau turunya harga. Karena itu, sektor-sektor yang masih dapat dioptimalkan akan terus didorong seperti perikanan,” tutur Kurnia kepada Kontan.co.id, Kamis (10/11).
Baca Juga: Demi Menjaga Kinerja, PHK Menjadi Pilihan Terakhir Perusahaan
Disamping itu, PNBP yang bersifat layanan yang dikelola oleh Kementerian/Lembaga juga akan dioptimalkan melalui inovasi layanan, penggunaan IT, termasuk juga ekstensifikasi dan intensifikasinya, dengan tetap menjaga keseimbangan ekonomi.
Dengan begitu, diharapkan ketika harga komoditas mulai menurun, PNBP pada tahun depan tetap bisa mencapai targetnya, dengan mengoptimalkan beberapa sektor yang telah disebutkan.
Adapun pemerintah menargetkan PNBP pada tahun depan sebesar Rp 441,4 triliun dalam UU No 28 Tahun 2022 tentang APBN 2023.
Data sementara dari Buku II Nota Keuangan 2023 mencatat, terget penerimaan tersebut terdiri dari penerimaan sumber daya alam (SDA) migas Rp 131,2 triliun, SDA non migas Rp 64,8 triliun, pendapatan dari Kekayaan Negara Dipisahkan (KND) Rp 49,1 triliun.
Lalu, PNBP Kementerian/Lembaga (K/L) Rp 76,8 triliun, PNBP penjualan hasil tambang Rp 31,2 triliun, PNBP DMO Rp 5,3 triliun, penerimaan Badan Layanan Umum (BLU) Rp 83 triliun, penerimaan hibah Rp 409 triliun.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis target PNBP 2023 akan tercapai, meski harga komoditas pada tahun depan mulai melandai.
Baca Juga: Tarik Investor ke IKN Nusantara, Pemerintah Tawarkan Berbagai Insentif
Meski begitu, Ia mengatakan dinamika harga komoditas yang sulit diprediksi dan berisiko mengalami penurunan, dapat berimbas terhadap pencapaian target pendapatan negara, baik dari sisi pajak, kepabeanan dan cukai, maupun PNBP.
Oleh karenanya, pihaknya akan tetap harus antisipatif mempersiapkan mekanisme untuk mengamankan APBN di tahun 2023, apabila harga komoditas tidak setinggi seperti yang diasumsikan.
Dihubungi secara terpisah, Wakil Direktur Indef Eko Listiyanto mengatakan, akan sulit mencari alternatif lain untuk menyokong target PNBP pada tahun depan. Hal ini mengingat PNBP umumnya didominasi dari kontribusi komoditas.
“Jadi kalau harganya turun akan sulit mencarikan alternatif lain (untuk menyokong PNBP),” tutur Eko.
Meski begitu, Eko optimistis target PNBP tahun depan akan tercapai. Sebab, target yang sudajh ditentukan pemerintah sejatinya sudah memperhitungkan harga komoditas yang menurun, pun dengan kemungkinan perlambatan ekonomi global di 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News