Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemutusan hubungan kerja (PHK) menjadi kabar yang sering kita terdengar dalam beberapa bulan terakhir. Kabar perihal PHK tersebut hampir terjadi di seluruh sektor usaha. Sebut saja telekomunikasi, elektronik, lembaga keuangan, industri otomotif, pabrik sepatu, tekstil, hingga BUMN.
Bahkan, perusahaan teknologi global sekelas Apple, Google, Intel, Microsoft, Twitter, Lyft, Stripe, dan lainnya juga memangkas jumlah tenaga kerja. Meta baru-baru ini melakukan PHK ke 13% dari total pekerjanya atau 11.000 orang.
Keputusan PHK terpaksa dilakukan karena perusahaan harus dapat mempertahankan kinerja dan keberlangsungan usaha di tengah kondisi ekonomi global yang melemah.
Baca Juga: Lakukan PHK Massal, Mark Zuckerberg Mengaku Strateginya Salah
Ekonom Universitas Indonesia dan mantan Juru Bicara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Fithra Faisal Hastiadi mengatakan, saat ini kondisi ekonomi global memang tengah terjadi pelemahan sehingga berdampak pada dunia usaha di berbagai sektor.
Keputusan PHK dilakukan sebagai antisipasi dan menjadi langkah terakhir bagi suatu perusahaan untuk mempertahankan bisnis mereka.
Sejatinya, kata Fithra, PHK terjadi bukan karena pelemahan ekonomi di dalam negeri, tetapi terlebih disebabkan melemahnya ekonomi di negara yang menjadi tujuan ekspor.
“Penyebab PHK itu multifaktor. Perlambatan ekonomi di negara tujuan ekspor memang menjadi salah satu penyebab, di luar itu masih banyak faktor lainnya,” kata Fithra dalam keterangannya, Kamis (10/11/2022).
Diantaranya, lanjut Fithra, adalah tingkat produktivitas. Misalnya, tenaga kerja di Indonesia cenderung stagnan tetapi gaji mereka terus mengalami kenaikan sehingga perusahaan harus melakukan rasionalisasi sesuai dengan kondisi bisnisnya.
Baca Juga: Kemenkeu Catat Utang Pemerintah Hingga September Capai Rp 7.420 Triliun
Kurangnya kemampuan suatu industri dalam berinovasi, kata Fithra, juga dapat menjadi penyebab karena akan kalah bersaing dengan perusahaan-perusahaan sejenis, baik dari dalam negeri maupun perusahaan di negara lain. Bahkan, percepatan digitalisasi yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir juga turut berkontribusi terhadap berkurangnya penyerapan tenaga kerja.
Fithra mengakui bahwa gelombang PHK yang terjadi belakangan ini memang ditenggarai oleh potensi resesi ekonomi global, yang mana inflasi di negara-negara maju mengalami kenaikan cukup signifikan.
Alhasil hal itu membuat suku bunga di negara tersebut dikerek naik oleh bank sentral setempat untuk menekan konsumsi. Dengan menurunnya konsumsi di negara-negara tersebut membuat permintaan terhadap suatu produk akan berkurang dan yang terkena dampaknya adalah negara-negara pengekspor ke negara itu.