kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Beras Naik, Bulog Dinilai Perlu Gelontorkan Sisa Stok Beras untuk Operasi Pasar


Senin, 12 Desember 2022 / 16:06 WIB
Harga Beras Naik, Bulog Dinilai Perlu Gelontorkan Sisa Stok Beras untuk Operasi Pasar
ILUSTRASI. Harga Beras Naik, Bulog perlu gelontorkan sisa stok beras untuk operasi pasar. ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/aww.


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga beras di pasaran alami kenaikan. Salah satu pemicu utamanya yaitu menipisnya stok cadangan beras pemerintah yang dikelola oleh Bulog. 

Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori mengatakan dengan kondisi stok cadangan beras yang terbatas, tidaklah mudah meredam harga beras kembali normal. 

Meski demikian bulog harus tetap melakukan operasi pasar dengan stok beras yang tersisa agar harga tidak terus melambung. 

"Setidaknya harga stabil, meski stabil tinggi," kata Khudori pada Kontan.co.id, Senin (12/12). 

Baca Juga: Jaga Inflasi, BI Ingatkan Jaga Pasokan Beras

Lanjut Khudori, dalam kondisi seperti ini, menurutnya Bulog juga akan sulit melakukan pengadaan beras dari produksi beras domestik. Sebab, pemilik beras baik di level petani maupun pedagang, umumnya akan cenderung menahan stok yang mereka punya. 

"Mengapa? karena mereka tahu bahwa ada peluang harga naik. Masyarakat pun akan cenderung menahan stok ketika diperkirakan harga di masa depan tinggi," jelas Khudori. 

Sebelumnya, Pemerintah telah memberikan penugasan pada Bulog untuk melakukan impor beras sebanyak 500 ribu ton. Impor dilakukan, lantaran upaya pembelian beras di dalam negeri hingga saat ini belum mampu memenuhi target.

Baca Juga: Harga Empat Komoditas Pangan Ini Berpotensi Naik Jelang Nataru

Namun demikian, Perum Bulog Budi Waseso atau yang akrab disapa Buwas mengatakan, dari 500.000 ton target pembelian di dalam negeri hanya didapatkan 166.000 ton. Buwas menegaskan, hal ini lantaran banyak negara produsen yang membatasi ekspor dan mengutamakan kebutuhan dalam negerinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×