Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga bawang putih mulai merangkak naik. Terkait kondisi tersebut, pemerintah dipandang perlu mempertimbangkan opsi untuk diversifikasi pasar impor bawang putih. Pemerintah pun disebut tidak boleh hanya mengandalkan China sebagai pemasok utama.
"Diversifikasi juga penting dilakukan supaya Indonesia tidak tergantung pada satu negara manapun," ucap Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (5/2/2020).
Baca Juga: Harga cabai rawit setara daging sapi, ini dia yang jadi biang keroknya
Penghentian sementara impor pangan dari China karena merebaknya virus Corona, yang merupakan negara utama pemasok bawang putih Indonesia, akan memengaruhi jumlah pasokan dan kestabilan harga bawang putih.
Menurut data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional saat ini harga bawang putih di Indonesia rata-rata telah melonjak Rp 50.100/kg, dimana sebelumnya Rp 46.000/kg.
Felippa mengatakan, bila merujuk data Food and Agriculture Organization (FAO), China memang mendominasi produksi bawang putih dunia dengan jumlah produksi sekitar 22 juta ton per tahunnya.
Pun Indonesia banyak mengimpor bawang dari China. Pada tahun 2019, menurut data BPS, realisasi impor bawang putih sebesar 465.340 ton atau senilai US$ 529,97 juta. Sekitar 90% pasokan bawang putih di Indonesia dipenuhi oleh impor dari China.
Baca Juga: Pemerintah akan fasilitasi visa overstay bagi wisatawan asal China
Namun banyak negara lain yang juga bisa menjadi pemasok bawang putih, seperti India, Mesir dan Spanyol. Melihat data produksi dari FAO dan data perdagangan dari UN Commtrade, negara-negara ini memiliki peluang untuk memenuhi kebutuhan bawang putih Indonesia.
Di tahun 2017, India memproduksi 1,7 juta ton bawang putih per tahun dan telah mengekspor 33.736 ton. Mesir menghasilkan 274.668 ton dan mengekspor 8.516 ton.