Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat (AS) tengah merampungkan pembahasan mengenai plafon utang AS (debt ceiling).
Ini menyambut kekhawatiran global akan potensi gagal bayar utang pemerintah negeri Paman Sam, yang berpotensi memunculkan perubahan peringkat utang.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengingatkan, belum adanya kepastian mengenai debt ceiling di AS akan membawa dampak terhadap Indonesia.
Menurut Faisal, dalam masa pembicaraan, akan ada ketidakpastian di pasar keuangan global sehingga banyak investor yang akan mengambil langkah untuk menghindari risiko (risk off).
"Jadi, sampai dengan ada kepastian mengenai limit utang, akan ada tekanan masuknya modal asing ke pasar berkembang, termasuk Indonesia," terang Faisal kepada Kontan.co.id, Minggu (28/5).
Baca Juga: Debt Ceiling AS Akan Beri Dampak ke RI, BI Pasang Kuda-kuda Kuat
Nah, ini akan membawa gonjang-ganjing terhadap pergerakan nilai tukar rupiah. Setidaknya, untuk jangka pendek.
Namun, Faisal mengingatkan, bukan hanya isu debt ceiling yang akan menekan rupiah. Namun, ada pola musiman di mana pada kuartal II-2023 ada periode pembayaran dividen.
Faisal pun memperkirakan, nilai tukar rupiah mungkin melemah ke kisaran Rp 15.000 per dolar AS dalam jangka dekat ini.
Namun, ada kemungkinan rupiah menguat kembali ke kisaran Rp 14.800 hingga Rp 14.900 per dolar AS pada Juni 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News